Di tengah hiruk pikuk Jakarta dan sekitarnya, bulan Mei 2025 menjadi saksi lahirnya sebuah kolaborasi yang bukan hanya tentang desain, tetapi juga tentang nilai, niat, dan keberlanjutan. ARCH:ID 2025, sebuah forum arsitektur dan desain terkemuka di Indonesia yang berlangsung pada 8--11 Mei 2025 di ICE BSD, Tangerang, menjadi panggung sinergi antara TEKA Parquet dan Millimeter Manifesto.
Dalam ajang ini, TEKA Parquet, brand lokal Indonesia yang berfokus pada produksi engineered wood flooring berkualitas tinggi, kembali menunjukkan komitmennya dengan mendukung Millimeter Manifesto, sebuah kolektif desainer produk yang menyuarakan makna di balik setiap milimeter karya mereka.
Ada sembilan desainer produk terkemuka Indonesia yang tergabung dalam Millimeter Manifesto. Mereka adalah Alvin Tjitrowirjo, Cokorda G. B. Suryanata, Cynthia Margareth, Eugenio Hendro, Felix Sidharta, Frans Sihombing, Handhyanto Hardian, Hendro Hadinata, dan Patrick Luwia.
Eugenio Hendro menjelaskan bahwa setiap nama membawa pendekatan yang unik, mulai dari eksplorasi budaya, ergonomi, hingga eksperimen material. Sembilan desainer produk ini disatukan dalam satu manifesto: bahwa desain yang bermakna lahir dari intensi, proses, dan kesadaran akan tiap milimeter, memiliki niat dan dampak mendalam terhadap cara kita berinteraksi dengan ruang dan objek.
"Sembilan desainer produk yang tergabung dalam Millimeter Manifesto mempunyai karakter dan cara berpikir yang berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut, kami merasa produk desainer Indonesia harusnya menjadi diri sendiri, tidak mencontoh orang lain," terang Eugenio di Galeri TEKA Parquet Alam Sutera pada Jumat, 9 Mei 2025.
Menurutnya, profesi desainer produk tidak hanya membuat barang yang cantik tapi berpikir mengenai sistem, cara menghitung barang hingga sampai ke market, dan lain-lainnya. Karena desainer produk tidak bisa berdiri sendiri di industri, ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan merangkul berbagai pihak.
Kolaborasi ini semakin kuat melalui perancangan booth adaptif hasil kerja sama dengan arsitek Trianzani Sulshi dari Studio Aliri dan desainer grafis Io Woo dari Studio Woork. Mereka menghadirkan struktur booth adaptif yang dibangun dari sistem scaffolding modular.
"Sistem ini dirancang untuk dapat dibongkar-pasang, digunakan kembali, dan menghasilkan limbah seminimal mungkin," terang Trianzani Sulshi.
Sembari tetap mempertahankan filosofi ruang orisinal dari kolektif ini, versi kali ini menghadirkan konfigurasi baru yang disesuaikan dengan konteks ARCH:ID. Sistem scaffolding dipadukan dengan sistem Laminated Veneer Lumber (LVL) modular rancangan Studio Aliri untuk TEKA Parquet dan PT Dharma Satya Nusantara (DSN), perusahaan induk TEKA.