Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012), dan Rempah Rindu Soto Ibu (Taresia, 2024). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buruan ke Pangkalan! Gas Melon Datang.

4 Februari 2025   16:30 Diperbarui: 4 Februari 2025   16:30 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrean warga yang ingin membeli gas elpiji 3 kg di pangkalan resmi (Sumber: Setiyo)

"Buruan ke pangkalan, gas melon sudah datang."

Informasi itu saya terima dari tukang siomai yang sering mangkal di seberang pangkalan gas resmi tak jauh dari rumah. Sebelumnya, saya berpesan pada tukang siomai tersebut agar memberi informasi kalau ada pengiriman gas ke pangkalan.

Saya bergegas menenteng tabung gas LPG 3 kilogram alias gas melon yang sudah kosong. Informasi kalau gas melon sudah merapat ke pangkalan saya tularkan ke tetangga.

Ternyata informasi tersebut cepat menyebar. Sampai di pangkalan, orang-orang dengan menenteng gas melon sudah mengerumuni truk berlogo Pertamina. Petugas terlihat sibuk menurunkan gas melon.

Saya mengambil antrean dan mendapat nomor 60 dengan tambahan keterangan "Bawa KTP". Seorang lelaki berseragam tentara sibuk mengatur antrean. Ia menginformasikan kalau hari ini truk Pertamina membawa 200 tabung gas melon. Agar semua kebagian, setiap orang yang mengantre diberi jatah pembelian 1 tabung.

Antrean yang mengular ini salah satu dampak dari kebijakan pemerintah yang menetapkan kebijakan baru terkait distribusi gas elpiji 3 kg agar subsidi LPG tepat sasaran. Mulai 1 Februari 2025, masyarakat tidak lagi dapat membelinya di pengecer, melainkan hanya bisa membeli di pangkalan resmi Pertamina.

Sebelumnya masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan gas melon di warung-warung atau pengecer. Karena harus membeli di pangkalan resmi Pertamina, maka masyarakat berbondong-bondong ke pangkalan. Terjadilah antrean warga hendak membeli gas di berbagai wilayah.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di berbagai media menyampaikan bahwa pemerintah tengah memperbaiki tata kelola penyediaan elpiji 3 kg agar lebih tepat sasaran, termasuk mengatasi oknum pengecer yang seenaknya menaikkan harga gas.

Di sekitar tempat saya tinggal di Kelurahan Rangkapan Jaya, Kota Depok harga gas melon di warung-warung antara Rp 20 ribu hingga Rp 21 ribu. Jika mereka jual dengan harga lebih tinggi bisa tidak laku. Istilah emak-emak, lebih murah lima ratus perak saja di-datangin.

Banyak warga memilih membeli gas di warung-warung atau pengecer karena lebih dekat. Ada juga yang bisa pesan via telepon atau WhatsApp dan diantar, serta langsung dipasangkan. Jika gas yang kita beli bermasalah, bisa segera ditukar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun