Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selimut Pandan

30 November 2022   06:02 Diperbarui: 30 November 2022   06:49 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Nasi Matah Ayam Pandan (Foto Setiyo)

Dipetik dari rumpunnya, daun pandan tak pernah menyimpan dendam. Ia memilih menebarkan wangi, agar terjaga cita rasa hingga sekujur nadi.

Dipisahkan dari induknya, daun pandan tak pernah memendam amarah. Ia rela menjadi selimut yang menghangatkan gigil hingga nyala api perlahan mematangkan mimpi.

Meski mengering tubuhnya, daun pandan tak pernah merasa geram. Ia setia menemanimu meracik bumbu mengolah rasa hingga sepiring harapan lezat tersaji.

Meski disisihkan raganya, daun pandan tak pernah gelisah. Ia pasrah menjalani lembaran kisah hingga serpihan kata menjelma puisi.

Manggarai, 28 November 2022

Puisi ini terinspirasi setelah mencicipi kelezatan Nasi Matah Ayam Pandan di Resto Matah Bete dekat Stasiun Manggarai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun