Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nostalgia Nonton Siaran TVRI di Halaman Kecamatan

13 November 2022   20:10 Diperbarui: 14 November 2022   10:16 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Migrasi TV analog ke TV digital menghadirkan bermacam pilihan siaran dari banyak stasiun televisi. Berbeda sekali sewaktu zaman TVRI menjadi siaran televisi satu-satunya di Indonesia. Bahkan baru ada satu atau dua pesawat televisi dimiliki warga tiap desa.

Ingatan saya pun terlempar pada kenangan sekitar tahun 1980an. Kala itu saya masih kecil dan imut-imut. Meskipun banyak yang terlupa, namun saya masih ingat waktu itu menonton televisi merupakan satu kemewahan tersendiri.

Beruntung kampung saya berada dekat dengan salah satu kantor kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 

Di halaman kantor kecamatan ada satu pesawat televisi hitam putih yang diletakkan di wadah dari besi. Mirip kotak pos di depan kantor pos, cuma besi penyangganya lebih tinggi.

Karena listrik belum masuk desa, televisi dinyalakan menggunakan accu atau aki. Pemegang kuncinya bernama Pak Legirin, seorang pesuruh kantor kecamatan yang tinggal tak jauh dari rumah saya. Saat sore hingga malam atau sesuai permintaan, Pak Legirin biasanya menyalakan pesawat televisi itu.

Saat sore atau sehabis magrib, saya dan teman-teman biasanya pergi menonton televisi di halaman kantor kecamatan. Tontonan favorit film kartun, kalau nggak salah waktu itu ada film kartun Micky Mouse, Tom & Jerry, atau Flash Gordon.

Kadang kami kecewa kalau Pak Legirin sebagai juru kunci televisi tidak ada di area kecamatan atau lupa mengisi accu/aki. Acara menonton televisi pun harus tertunda hingga hari berikutnya.

Mata acara TVRI waktu itu seingat saya diantaranya siaran berita, Dunia Dalam Berita, acara musik Aneka Ria Safari, ketoprak, Sinetron ACI (Aku Cinta Indonesia), Dari Desa ke Desa, Klompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa), dan lain-lain.

Jika malam minggu, biasanya ada tontonan ketoprak di TVRI. Banyak warga yang nonton, tak hanya dari warga kampung saya, tapi juga warga desa lain. Ada yang membawa tikar, bahkan ada yang jualan makanan seperti kacang rebus dan jajanan tradisional. Suasananya seru, mirip nonton layar tancap.

Kadang memang halaman kecamatan juga dijadikan ajang pemutaran layar tancap oleh perusahaan jamu. Mereka datang membawa mobil dengan bentuk botol jamu. Pertunjukan layar tancap biasanya diselingi atraksi-atraksi sulap dan ketangkasan yang dimainkkan oleh orang-orang dengan postur pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun