Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenal Super Mikroba yang Dikembangkan LIPI untuk Produksi Bioetanol

6 Oktober 2017   21:14 Diperbarui: 6 Oktober 2017   21:42 2709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bioetanol, Energi Alternatif Ramah Lingkungan (foto omicsonline.org)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam buku Outlook Energi Indonesia 2016 memprediksikan Indonesia akan total mengimpor energi pada tahun 2027. Kondisi ini tentunya harus diantisipasi. Salah satunya dengan melakukan perubahan pola konsumsi energi dan penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.

Indonesia dengan sumber daya alam melimpah memiliki banyak sumber energi alternatif. Salah satu yang mencuat di masyarakat adalah bioetanol. Bioetanol merupakan golongan etanol (alkohol) yang dapat diproduksi dari bahan-bahan alami seperti jagung, sorgum, kentang, gandum, tebu, bahkan biomassa seperti batang jagung dan limbah sayuran.

Saat mengunjungi Open House Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Komplek Cibinong Science Center (CSC), Cibinong, Bogor pada Kamis (7/9/2017), penulis mendapat penjelasan tentang pembuatan bioetanol. Bahkan, penulis juga berkenalan dengan super mikroba yang sedang dikembangkan LIPI. Super mikroba ini berperan penting dalam proses produksi bioetanol.

Dr. Yopi Sunarya, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI sekaligus Manajer Proyek Biorefineri menerangkan, secara sederhana ada tiga point dalam proses produksi bioetanol dari biomasa selulosa. Pertama, proses treatment biomasa. Kedua, proses penghancuran biomasa menjadi molekul kecil seperti glukosa dan lainnya. Terakhir, proses fermentasi untuk merubah molekul glukosa menjadi etanol.

Pada proses kedua memerlukan enzim yang cukup banyak. Ternyata, harga enzim mahal. Padahal untuk menghancurkan biomasa selulosa, diperlukan serangkaian enzim. Karena itu LIPI sedang mengupayakan untuk mencari cara produksi yang lebih efisien.

Terkait produksi bioethanol dari biomasa selulosa, LIPI berusaha menurunkan penggunaan enzim. Salah satunya dengan rekayasa ragi agar dapat memproduksi enzim yang disebut sebagai super-mikroba. Yopi mengakui, penggunaan enzim dalam proses penghancuran biomassa tidak bisa dihilangkan semua. Namun keberadaan super-mikroba bisa mengurangi cost produksi.

Produksi bioetanol dengan menggunakan ragi sudah banyak diketahui oleh umum, seperti ragi komersial untuk pembuatan roti. Namun untuk melakukan fermentasi untuk biomasa selulosa, tidak bisa menggunakan ragi komersial, karena akan muncul senyawa inhibitor dari biomasa selulosa lokal tersebut yang akan mengganggu ragi ketika bekerja.

Untuk itulah perlu dipilih dari ragi lain yang tahan terhadap senyawa inhibitor tersebut. Dari skrining lebih 700 ragi koleksi LIPI, diperoleh satu kandidat yang cukup baik, dan sedang proses untuk dibuatkan menjadi super-mikroba ragi.

Dr. Yopi Sunarya saat Open House Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di Komplek Cibinong Science Center (CSC), Cibinong, Bogor pada Kamis (7/9/2017). Foto Setiyo Bardono
Dr. Yopi Sunarya saat Open House Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di Komplek Cibinong Science Center (CSC), Cibinong, Bogor pada Kamis (7/9/2017). Foto Setiyo Bardono
Saat ini, LIPI yang tergabung dalam Konsorsium Peneliti Bioproses Biorefineri memang tengah fokus mengembangkan super mikroba untuk menghasilkan energi alternatif dengan rekayasa genetika. Konsorsium ini mendapat dana riset melalui program JST-JICA SATREPS Project dari Jepang.

Potensi mikroba lokal untuk dijadikan super mikroba amatlah besar, terutama guna mendukung teknologi proses untuk biorefineri. Biorefineri merupakan suatu proses mengintegrasikan dan mengkonversikan biomassa untuk menghasilkan bahan bakar.

Dalam 4th International Symposium on Innovative Bioproduction Indonesia (ISIBio2017) yang digelar di Kota Bogor pada Rabu (27/9/2017) Yopi menerangkan biorefineri akan menjadi alternatif baru dan sesuai untuk dikembangkan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun