Mohon tunggu...
aji(bahroji) setiakarya
aji(bahroji) setiakarya Mohon Tunggu... Freelancer - Founder Lumbung Kreatif, Bekerja di SultanComm

aku seorang penulis lepas, yang sedang belajar menjadi usahawan. Sedang berpetualang untuk mencari kawan. Tabik! aji setiakarya 081213739221

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Festival Peh Cun di Kota Tangerang

16 Juni 2019   17:59 Diperbarui: 16 Juni 2019   18:04 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Walikota Tangerang, Syahrudin saat membuka acara

Festival Peh Cun dikenal juga dengan  dragon boat atau Perahu Naga kembali digelar dipinggir Kali Cisadane, Kota Tangerang. Sontak Festival ini menarik wisatawan  lokal maupun wisatawan Luar Tangerang. Umumnya mereka adalah berlatarbelakang etnis Tionghoa. Kehadiran Festival Peh Cun  yang rutin digelar dan menjadi daya tarik wisata itu memililki sejarah panjang.

Adalah seorang tokoh sejarah bernama Qu Yuan (340 SM -- 278 SM) yang merupakan Sarjana Patriotik dan menteri di Negara Chu (Provinsi Hunan dan Hubei). Qu Yuan disukai karena ia pandai bekerjasama secara diplomatik dengan kerajaan lain demi melawan agresi negara Qin. Hingga suatu saat, ia difitnah dan dibuang ke pengasingan setelah menteri korup lainnya meyakinkan raja agar percaya terhadap tuduhan palsu yang menimpa Qu Yuan. Tahun 278 SM, Qu Yuan mendengar bahwa pasukan Qin menyerbu Ying (ibukota Chu), ia menulis puisi Ratapan untuk Ying, lalu ia menenggelamkan diri di Sungai Miluo.

Ritual bunuh diri tersebut dilakukan untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya negara Chu. Menurut cerita, penduduk desa pun berusaha mencari tubuhnya di sungai menggunakan perahu. Mereka mendayung perahu sambil memukul drum untuk menakuti-nakuti ikan dan roh-roh jahat agar tidak mengganggu tubuh Qu Yuan. Mereka juga melempar bungkus beras ke dalam sungai agar dimakan ikan dan ikan tidak memakan tubuh Qu Yuan. Pelemparan bungkus beras itu juga dimaksudkan sebagai persembahan untuk roh Qu Yuan

Hal ini memunculkan kebiasaan tradisional balap perahu naga dan makan kue beras pada peringatan kematian Qu Yuan yang jatuh setiap hari 5 bulan 5 kalendar lunar China. Kebiasaan tersebut terus dilestarikan oleh  masyarakat  China yang merantau Ke Jakarta. Pada Tahun 1910, Sungai-Sungai Cisadane mendangkal sehingga mereka berinisiatif memindahkannya Ke Sungai Cisadane.

Pada Tahun 1938 dibuatlah sepasang Perahu Naga oleh Lim Tiang Hoat di daerah Kedaung Barat. Namun, pada tahun 1942 di masa kedatangan Jepang, Perahu Naga tersebut dibakar oleh Jepang. Perayaan ini pun sempat terhenti sejak tahun 1965 atau pada saat pemerintahan Orde Baru (Presiden Soeharto) berkuasa.  Baru pada tahun 2000, saat reformasi bergulir Pemerintah Kota Tangerang menghidupkan kembali tradisi Peh Cun hingga sekarang. Bahkan mengemaskan dengan festival.   Tradisi ini akan terlebih dahulu dilakukan oleh pengurus Klenteng Boen Tek Bio dengan lomba tangkap bebek dan memandikan telur. Baru setelah itu dilakukan oleh Pemkot Tangerang yang membawa peserta profesional. 

Magnet Wisata

Tahun ini, Pemerintah Kota Tangerang terlibat aktif dalam mendorong Festival Peh Cun. Wakil Walikota Tangerang Syahrudin membuka secara resmi festival pada Sabtu (15/6). Selain dimeriahkan Lomba Perahu Naga juga diisi dengan kegiatan Festival Chilli (cabe), Lomba Nari Peh Cun, Lomba Uleg Sambel, Lomba Puisi dan kegiatan lainnya. Syahrudin menuturkan, Festival Peh Cun menjadi agenda wisata tahunan yang bisa dinikmati oleh wisatawan baik lokal hingga nasional.

Setiap tahunnya festival ini menampilkan keanekaragaman potensi yang ada di Kota Tangerang. "Potret budaya dan potensi di Kota Tangerang, diantaranya ada di Festival Peh Cun ini," jelas Syahrudin.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Peh Cun, Edy Kurniawan, menjelaskan, Peh Cun tahun ini mengangkat tema Kejujuran dan Kesetiaan yang Tak Lekang oleh Waktu. Di mana salah satu rangkaian acaranya yaitu Festival Cabai. Berbagai Cabai ditampilkan, mulai dari Cabai yang kecil hingga besar, Cabai lokal hingga internasional. Tidak lupa juga, Cabai tersebut dijadikan salah satu perlombaan, yaitu lomba Uleg Sambal.

Lomba perahu naga | Dokpri
Lomba perahu naga | Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun