Mohon tunggu...
Johanes Sutanto
Johanes Sutanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bongkar Kekurangan dan Kelemahan e-Wallet

11 Juli 2017   15:44 Diperbarui: 11 Juli 2017   17:38 21280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelemahan e-Wallet (Foto: https://thenortheasttoday.com)

Masyarakat memang dimudahkan dengan kehadiran e-wallet. Tak cuma mengubah uang kartal menjadi "kartu", teknologi e-wallet mampu mengubah dompet kulit menjadi dompet digital yang dibenamkan di sebuah ponsel pintar. Fungsinya yang bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan membuat e-wallet diibaratkan dengan kantong pintar milik tokoh kartun dari Jepang bernama Doraemon. Apa pun yang diinginkan seolah bisa dilakukan dengan oleh Kantong Doraemon. Jujur harus dikatakan, e-wallet jauh dari konsep Kantonf Doraemon. Kalau ada yang mengklaim e-walletnya tak beda jauh dengan Kantong Doraemon, itu jelas terlalu lebay. Kantong Doraemon bisa melakukan semuanya, tetapi e-wallet yang mengklaim mirip Kantong Doraemon sangat terbatas pengguanaannya.

Harus diakui, e-wallet memberi sejumlah kemudahan dan kenyamanan kepada pengguna pada zamannya. Pembayaran menjadi lebih efisien karena bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Kita tidak perlu repot-repot membawa uang dalam jumlah banyak. Semua transaksi menjadi simpel, gampang dan efisien.

Dengan pembayaran non tunai kita bebas dari kasus pengembalian uang dengan permen hingga bayar ini-itu dengan mudah bayar parkir, bayar tol, belanja online, bayar tagihan bulanan dan lain sebagainya.

Namun, teknologi itu terus bergerak maju. Sistem pembayaran pun terus berevolusi. Seiring dengan evolusi teknologi, e-wallet pun menyisakan sejumlah kelemahan sehingga pelan-pelan mulai ditinggalkan. Mari kita bongkar satu persatu kelemahan e-wallet:

Pertama, layanan e-wallet sangat terbatas. Seiring dengan menjamurnya e-wallet, orang menjadi repot karena tak satu pun e-wallet yang multiguna alias bisa untuk beragam transaksi. Orang enggan memiliki banyak aplikasi e-wallet di ponsel pintarnya. Orang modern tak ingin ribet. Apalagi, e-wallet hanya bisa digunakan di merchant tertentu yang sudah bekerjasama. Jika ingin berbelanja di merchant yang notabene tidak ada ikatan kerjasama, pengguna harus mengeluarkan dompet kulitnya dan melakukan pembayaran tunai. Berkaca dari pengalaman negara yang sudah marak e-walletnya seperti Jepang, kita melihat kenyataan yang tumpang tindih. Ratusan e-walletyang sudah ada di Indonesia kebanyakan menggunakan e-wallet reader yang berbeda. Ujung-ujungnya bukan kemudahan, tetapu justru keruwetan memilih produk e-walletyang berkualitas. Repot!

Kedua, saldo mengendap tak berkembang. Memang e-wallet tak membebani biaya administrasi yang akan menggerus saldo. Namun, hingga kini belum ada e-wallet yang menawarkan bunga atau imbal hasil (return) atas saldo yang tersisa. Dengan kata lain, sampai kapan pun kita menyimpan uang di e-wallet, uang kita tidak akan bertambah, kecuali karena kita tambah. Tragisnya lagi, kalau tidak digunakan, tentu saja jumlah uang yang ada di dalamnya akan segitu-segitu saja. Selamanya uang tersebut "tidak berkembang". Yang ada, nilai uang justru akan merosot tergerus inflasi.

Ketiga, uang di e-wallet tidak bisa dicairkan. Uang di sejumlah e-wallet hanya bisa untuk transaksi payment.  Memang seiring dengan perkembangan waktu, muncul e-wallet yang mengiming-imingi  pengguna dengan fasilitas pencairan atau transfer. Namun, pencairan pun terbatas dan meski uang di dalam dompet elektronik ini bisa ditransfer, faktanya hanya bisa ditransfer ke sesama pemiliki aplikasi yang sama. Transaksi transfer e-walletpun sangat terbatas. Ini semua terjadi karena keterbatasan e-walletyang menerapkan batas maksimum saldo. E-wallethanya dapat menampung saldo sampai dengan 10 juta rupiah.

Berangkat dari sejumlah keterbatasan e-wallet di atas, kini muncul fintech platform bernama IPOTPAY yang mengatasi kelemahan e-Wallet. IPOTPAY mampu memaksimalkan hasil saldo. Seledik punya selidik, pengelolaan saldo IPOTPAY secara otomatis disimpan di reksadana pasar uang dengan hasil setahun terakhir di kisaran 7-9% per tahun (gross).

Selain itu, fintech ini tidak memiliki batas maksimum saldo dan bisa top up e-wallet tanpa limit transaksi dan tanpa batas transfer. Kalau e-wallet hanya dapat menampung dana sampai dengan 10 juta rupiah, platform ini tidak memiliki batas maksimum penampungan dana. Uniknya, platform ini bisa untuk bayar, beli dan transfer. Tak ayal, diskon atau potongan harga seperti yang ditawarkan oleh e-wallet tetap bisa diperoleh hanya dengan top upe-wallet dari platform ini. Tak hanya itu saja, saat membutuhkan uang tunai, tersedia juga fitur penarikan tunai. Pencairan menjadi mudah.

Semua kelebihan di atas tidak dapat diperoleh apabila kita hanya menaruh dana di e-wallet. Kita tahu, evolusi teknologi sangat cepat. Secepat itu pula kelemahan dan kekurangannya bakal mengekornya. Kita tentu menunggu inovasi-inovasi baru terkait teknologi untuk kemajuan perekonomian Indonesia. Selamat berinovasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun