Kata utang rasanya memang tidak pernah ramah di telinga. Secara tidak sadar mungkin beberapa dari kita langsung menyimpulkan bahwa memiliki utang berarti ketidakmampuan membiayai kebutuhan finansial yang sebenarnya merupakan tanggung jawab sendiri.
Hal yang sama terlintas ketika kata "utang luar negeri" disebut. Ketika mendengar soal utang luar negeri, apalagi jika membaca tagline berita "utang luar negeri terus bertambah", beberapa masyarakat yang nyatanya tak begitu paham langsung angkat bicara dan menjadikan bertambah besarnya jumlah utang luar negri pemerintah sebagai sasaran kritik tajam. Walaupun hanya beberapa oknum, sudah sepatutnya soal utang luar negeri (ULN) ini menjadi pemahaman bersama.
Setiap kebijakan yang diambil pihak pemerintah baik berinvestasi maupun berutang pasti memiliki alasan. Stakeholder yang menangani masalah tersebut tentunya bukanlah sembarang orang. Mereka merupakan ahli yang dibekali dari latar belakang pendidikan serta sepak terjang yang memang sesuai bidangnya.
Oleh karena itu, sebaiknya warga negara tidak terlalu mudah berasumsi apalagi menggiring opini. Lebih baik lagi jika kita dapat memahami apa, untuk apa, dan bagaimana batas utang luar negri Indonesia.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia, mengatakan bahwa menjadi pemangku kebijakan bukanlah hal yang mudah. Predikat baik yang telah berhasil dikantongi rupanya belum mampu membuat semua orang senang. Namun setidaknya mereka sang pembuat kebijakan telah berusaha untuk melahirkan yang terbaik demi kepentingan banyak orang.
Bagi dirinya yang telah malang melintang di dunia keuangan, mengelola keuangan negara termasuk soal utang merupakan kewajiban besar yang harus diemban olehnya serta jajarannya, seperti Bank Indonesia.
Tetapi bersamaan dengan hal tersebut, dibalik kerja kerasnya, Ia agak menyesalkan soal oknum yang hanya melihat kinerjanya berdasarkan utang dan utang. Padahal nyatanya utang tersebut dipergunakan untuk pemerataan pembangunan infrastruktur, transfer ke daerah daerah melalui APBD, serta sokongan dana demi mewujudkan program bersama untuk membantu para rakyat kecil.
Pendidikan untuk SDM yang unggul, kesehatan untuk kesejahteraan, industri untuk penyerapan tenaga kerja, dan lain lain. Hal ini menunjukan yang sebenarnya Ia usahakan bangun adalah ekonomi jangka menengah dan panjang. Jadi bisa dikatakan hal hal tersebut justru menjadi investasi bagi masa depan.
Jadi langkah awalnya adalah menanamkan mindset di dalam kepala bahwa utang luar negri digunakan untuk kepentingan bersama, pembangunan bersama. Setelah itu barulah kita memahami seperti apa bentuk dan batas kategori aman utang luar negri Indonesia.
Selain itu, hal yang patut diingat ialah utang luar negri Indonesia terdiri atas ULN pemerintah dan ULN swasta, bukan pemerintah saja.
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerimanya bisa merupakan pemerintah, perusahaan, atau perorangan.