Mohon tunggu...
Servinus Bidangan
Servinus Bidangan Mohon Tunggu... Lainnya - Literasi Fiksi/nonfiksi

Membacalah seperti tak mengetahui apa-apa, dan menulislah seperti ingin memberitahu segalanya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Investasi Energi dan Peradaban

24 Februari 2021   00:59 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:19 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa dari mereka tentu memilih untuk tidak terlibat dalam masalah ini dengan cara menolak dan beberapa lagi tentu menjadi terlibat karena adanya faktor lain. Keterpaksaan timbul di saat mereka yang terdampak tidak memiliki pilihan untuk berkata tidak, di saat yang lain berkata sebaliknya. 

Peradaban kita yang akrab dengan situasi pembangunan dengan model seperti ini tentu akan berdampak dimasa yang akan datang, walaupun impian para pendiri bangsa kita tidak ingin seperti itu. Impian para pendiri bangsa kita tentu saja ingin melihat bangsanya menjadi mandiri dalam kemajuan peradabannya sendiri, tanpa ada paksaan atau titipan paksaan dari bangsa lain. 

Nasionalisme bukan hanya berbicara tentang cinta terhadap negara, karena nasionalisme dalam hal yang paling dasar dan utama yaitu kita menjadi pembela bangsa kita sendiri, meskipun godaan dalam bentuk apapun bernada merdu ditelinga kita. Setidaknya mental pemimpin kita harusnya seperti itu. 

Tanpa berbicara hasil survei dan data yang koheren dengan masalah tersebut, secara sederhana jika kita ingin berpikir jangka panjang tentu masalah investasi yang datang dari luar perlu untuk dievaluasi tidak hanya persoalan ekonomi saja, tentu sosial, juga budaya dan aspek lain juga memiliki persoalan yang sama. 

Energi listrik menjadi masalah yang sangat negatif dimasa yang akan datang jika hal apapun yang terkait dengan energi listrik tersebut tidak dilakukan evaluasi, dan evaluasi yang paling terakhir adalah di saat peradaban berhenti menggunakan energi listrik, apa yang akan terjadi? Jika generasi dimasa yang akan datang berkata karena energi listrik, kita terlihat begitu serakah dalam merusak banyak hal, terutama merusak keberlangsungan hidup dalam arti ekologis. 

Dan pada akhirnya, peradaban terus berkembang dengan segala bentuk masalahnya, hingga akhirnya kita merasa bersalah karena telah terlibat dan bahkan dalam ketidak terlibatan, kita pun ikut merasakan dampaknya. 

Secanggih bagaimanapun teknologi, kita adalah makhluk hidup yang tidak dapat bertahan hidup jika kita tidak memiliki tempat untuk hidup. Jika tempat untuk kita hidup terus menerus mengalami kerusakan/destruktif, tentu itu adalah hal idiot jika membiarkannya. Hanya karena sebuah kemajuan, lalu kita korbankan keberlangsungan kehidupan, itu hal yang paling idiot untuk dilakukan. 

Semakin besar kebutuhan akan energi listrik oleh karena transportasi berbasis listrik, maka semakin besar beban listrik yang ditanggung. Dan dibalik energi listrik yang adalah output terakhir dari perjalanan energi, dari sumbernya jika dibedah, listrik adalah salah satu pemicu kerusakan ekosistem. 

Di saat penulis mengetik tulisan ini dengan laptop dalam kondisi tercharge ke listrik, di tempat lain terjadi penambangan batu bara yang menjadi supplai dari listrik laptop penulis, oleh karena itu kemajuan peradaban tidak terlepas dari kerusakan yang ditimbulkan oleh karena kemajuannya sendiri. Suatu kota yang maju, akan meninggalkan bekas kemajuannya dari tempat lain. 

Saluran transmisi dan distribusi listrik jawa-bali yang adalah terbesar dan membutuhkan suplai energi fosil yang besar, menjadikannya penyumbang lubang galian tambang batubara di pulau seberang, sumatera-kalimantan. Kemajuan di suatu tempat, adalah kerusakan di tempat lain. Tentu hal ini sulit untuk kita mengerti jika kita selalu berpacu pada prinsip ekonomi saja, tidak menjadikan kehidupan dimasa yang akan datang menjadi perhatian lebih, dari pada selalu berbicara tentang teknologi. 

Sudah waktunya kita memikirkan untuk mengurangi pemanfaatan energi listrik dalam jumlah yang sangat besar, untuk melakukan evaluasi sejak dini sebelum bencana hadir dan menjadi keseharian kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun