Sudah 1 tahun  ada kabar darimu, duhai Sari, sahabat kecilku. Telpon dan sms yang ku kirim kepadamu tak pernah terbalas.
Apakah karena kamu marah dengan ku? Sahabat karibmu yang pernah beberapa kali tidak menggubris telpon darimu.
Telpon terakhir darimu. Ponselku berbunyi 3 kali, engkau memanggilku. Namun, karena aku yang saat itu mementingkan karier dan uang, mengabaikannya.
Aku hanya membalasnya dengan sebuah sms yang isinya aku akan menelponmu keesokan harinya. Tapi kenyataannya, aku lupa dengan janji menelponmu. Mengingkari janji kepadamu bukanlah sebuah dosa.
Sesal dan sesal di hati. Sejak saat itu, Sari ku menghilang tanpa jejak.
Hari ini, tepat setahun, aku putuskan pulang kampung. Menemuimu, kawan kecilku yang baik hati. Seseorang yang tulus berteman dengan ku tanpa mengharap pamrih. Â Seorang kawan yang menerimaku apa adanya.
Bus yang ku tumpangi berhenti di kampung halaman ku dan Sari. Ya ... Kami memang sekampung.
Aku berjalan membawa koper kecil berisi pakaian dan  oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Aku juga memberikan Sari oleh-oleh, sebuah baju berwarna merah muda. Sari sangat menyukai warna itu. Warna yanhan tidak kusukai.Â
Aku tiba di muka rumahku. Raut wajah nenekku terlihat bahagia melihat kedatanganku.
Rumah nenek masih sama seperti dulu. Trmpat dimana aku dibesarkan. Orang tuaku sengaja menitipkan ke nenek, karena biaya hidup di kota sangat besar. Â Ayahku yang hanyanbekerja sebagai buruh pasar, sudah tak mampu menyekolahkanku. Sejak saat itulah, a dengan nenek.
"Nek, Sari pernah ke sini?" tanyaku.