Mohon tunggu...
Serin Himatus Soraya
Serin Himatus Soraya Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Hidup untuk mati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Dilanda Bencana, Mungkinkah Ini Azab?

25 Januari 2021   08:09 Diperbarui: 25 Januari 2021   08:24 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awal tahun 2021 merupakan situasi yang sangat memprihatinkan bagi Indonesia. Pasalnya, pada Januari ini, Indonesia dilanda beragam musibah dan bencana alam. Diawali dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, banjir di Kalimantan, gempa bumi di mamuju dan majene, longsor di Sukabumi, gunung-gunung berapi berada pada status siaga dan waspada, dan banyak wilayah di Indonesia yang direndam banjir. 

Ditambah lagi pandemi covid-19 yang kunjung usai, bahkan semakin hari jumlah masyarakat yang dirawat terus meningkat di Indonesia.
Belum genap satu bulan di tahun 2021, BNPB telah mencatat sebanyak 154 bencana alam terjadi di Indonesia. Beragam bencana yang menimpa tanah air ini seolah menjadi tanda bahwa alam mulai marah dengan kerakusan manusianya. 

Banyak orang yang menganggap datangnya bencana ini merupakan teguran bagi umat manusia atas perilakunya terhadap alam dan maksiat yang terus dilakukan. Namun, sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa bencana alam adalah sunnatullah yang tidak dapat dihindari oleh manusia.

Sunnatullah bermakna sesuatu hal yang yang mesti terjadi, sebagaimana seorang wanita yang haid, serta mengandung dan melahirkan. Begitu pula ujian dan cobaan merupakan sesuatu yang mesti dan harus dirasakan oleh setiap manusia tanpa pandang bulu. Ujian dan cobaan menjadi alat ukur keimanan dan keyakinan setiap muslim. Hal ini sudah berlaku sejak zaman para nabi bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan hamba-Nya mengaku beriman tanpa adanya ujian. Dengan ujian akan terlihat jelas kadar keimanan manusia.

Bukti Cinta Allah
Berbagai bencana alam yang menimpa Indonesia merupakan bukti cinta Allah SWT kepada makhluk-Nya. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya, besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha, maka mereka akan mendaparkan keridhaan Allah. Dan siapa yang murka, maka akan mendapatkan murka Allah." (HR. Tirmidzi)
Oleh karenanya, dalam menghadapi beragam bencana ini, kewajiban kita sebagai hamba Tuhan adalah selalu ridha, bersabar, dan ihtisab (mengharapkan pahala-Nya). Jadi, tidaklah pantas apabila kita menyalahkan takdir atas terjadinya suatu bencana. Padahal, bisa jadi ujian yang menimpa adalah disebabkan oleh dosa-dosa kita sendiri.

Pada dasarnya, bencana alam dan musibah yang ditimpakan oleh Allah SWT di Indonesia mengandung pengajaran dan peringatan. Setiap manusia harus sadar bahwa kehidupan dunia adalah kesengsaraan dan kemusnahan, bukan negeri kebahagiaan dan kekekalan. Selain itu, dijelaskan pula bahwa setiap musibah adalah penggugur dosa-dosa umat. Tanda kecintaan Allah bagi orang mukmin ialah memberikan perhatian kepadanya dengan mencuci hati yang kotor, membersihkannya di dunia dari dosa-dosa sekaligus mendidiknya dengan berbagai penderitaan dan musibah.

Bencana alam memang mengakibatkan penderitaan bagi korban-korbannya, baik mengalami kerugiaan materi hingga hilangnya nyawa manusia. Namun, jika kita melihatnya dari sisi lain, penderitaan seperti obat mujarab yang menyelamatkan dari azab terbesar dan terberat dengan jalan merasakan sebagian azab. Sebaik-baik kesengsaraan adalah penderitaan yang menyelamatkan orang sabar dari siksaan yang pedih, serta penderitaan yang menunjukkan jalan utuk memperoleh kenikmakan surga.

Mengubah Musibah Menjadi Berkah
Sesungguhnya, banyak hikmah yang dapat diambil dari adanya bencana alam dan musibah di Indonesia. Bisa jadi, musibah yang dialami merupakan teguran dari Allah SWT agar kita lebih arif dalam bersikap dengan alam sekitar. Dengan demikian, diharapkan manusia dapat mengambil pelajaran dan menyadari bahwa alam akan banyak memberikan manfaat bila diperlakukan dengan baik, demikian pula sebaliknya.
Setiap manusia memang tidak ada yang menginginkan tertimpa musibah. 

Jika bisa, dengan sekuat tenaga kita akan menghindari musibah-musibah tersebut. Sebab, musibah tentunya mendatangkan ketidaknyamanan. Orang yang biasanya riang dan gembira akan berganti dengan kesedihan begitu mendapatkan musibah. Kondisi tersebut menjadi tidak nyaman bagi yang tertimpa musibah maupun orang disekitarnya. Akan tetapi, apabila kita dapat mengubah cara pandang teerhadap musibah, dari negatif menjadi positif, maka musibah bisa menjadi sarana belajar dan memahami alam. Dengan musibah yang menimpa, kita akan semakin pandai menyikapi hidup menjadi lebih bijak, hingga akhirnya menuai keberkahan dari Allah SWT.

Salah satu contohnya adalah erupsi gunung berapi. Dari musibah tersebut, jika kita mampu melihat peluang keberkahan, maka kita dapat mengambil keuntungan di balik musibah yang terjadi tersebut. Erupsi gunung berapi banyak mengeluarkan material-material vulkanik yang dapat bernilai ekonomis. Hal ini menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat dan korban dari bencana yang sebelumnya terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun