Mohon tunggu...
seri wahyuni
seri wahyuni Mohon Tunggu... Pramugari - mahasiswi IAIN Langsa

hukum tatanegara

Selanjutnya

Tutup

Money

Resiliensi Covid -19 di Kota Langsa

18 April 2021   22:41 Diperbarui: 20 April 2021   10:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang sudah kita ketahui, covid-19 merupakan virus yang berhasil mengguncangkan dunia termasuk dunia kesehatan yang ada di dalam negeri maupun luar negeri, dari banyak nya berita yang beredar covid-19 sudah banyak memakan korban jiwa dan juga membuat dampak buruk keseluruh dunia. 

Dari data Kementerian Kesehatan per 4 April 2021 pukul 12.00 WIB, sebanyak 1.534.255 orang positif corona di Indonesia dan 1.375.877 orang berhasil sembuh serta 41.669 orang meninggal dunia. Di waktu yang sama, data WHO secara global menyebutkan 3.259.167 orang di seluruh dunia positif corona dan 233.439 meninggal dunia,

Tiga juta orang terkonfirmasi terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia. Ratusan ribu orang meninggal dunia. Hal ini yang membuat WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi, artinya penyakit menyebar ke semua negara dan menjangkit banyak orang.

Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo telah menetapkan wabah corona sebagai bencana nasional pada 13 April 2020 lalu. Artinya, akan ada regulasi tertentu seperti pemenuhan kebutuhan masyarakat, realokasi anggaran dan sebagainya, dalam mengadapi situasi ini.

Sejak kasus pertama di Indonesia yang diumumkan Presiden bersama Menteri Kesehatan RI di Istana Negara pada Senin 23 April 2020 lalu, masyarakat mulai panik dan terjadi perubahan sosial secara menyeluruh di Indonesia.

Masyarakat mulai menimbun masker, handsanitizer dan bahan pokok. Hal ini yang kemudian membuat barang-barang tersebut langka dan terjadi kenaikan harga secara drastis. Harga masker yang sebelumnya hanya Rp 20 ribuan menjadi Rp 500 ribuan per kotaknya. Begitupun harga kebutuhan pokok dan sebagainya.

Ketakutan pun semakin bertambah kala angka kasus di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Lahirlah berbagai aturan mulai dari social distancing (jaga jarak sosial), physical distancing (jaga jarak fisik), wajib pakai masker, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan mudik.

Hal tersebut berdampak bagi perekonomian yang ada di indonesia, banyak masyarakat yang tidak dapat bertahan hidup karena lemahnya aekonomi, banyak pedagang yang harus terpaksa menghentikan dagangan mereka karena tidak ingin menjadi penyebab penyebaran covid-19. Pandemi Covid-19 telah memberanguskan pundi-pundi keuangan dan mengakibatkan lahirnya orang miskin baru di Indonesia. Data terakhir, sudah lebih 2 juta orang pekerja di-PHK dan dirumahkan secara nasional.

Selanjutnya, Samuel (dalam Nurinayanti dan Atiudina, 2011: 93) mengatakan resiliensi sebagai kemampuan individu untuk tetap mampu bertahan dan tetap stabil dan sehat secara psikologis setelah melewati peristiwa-peristiwa yang traumatis.resiliensi adalah kapasitas atau kemampuan untuk beradaptasi secara positif dalam mengatasi permasalahan hidup yang signifikan.

Merangkum pendapat di atas, resiliensi jika dimaknai dalam konteks pandemi Covid-19 adalah kemampuan kita masing-masing dalam menjaga fikiran positif, beradaptasi dan keluar dari masalah tersebut dengan tetap survive atau malah menjadi lebih baik lagi.

Sebagian orang belum mampu bertahan (resiliensi) dalam menghadapi kondisi seperti sekarang ini. Hal itu dikarenakan lebih mengedepankan kekhawatiran dan ketakutan, ketimbang mencarikan solusi terbaik terhadap situasi yang tengah dihadapi saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun