Mohon tunggu...
Ndiken Sergi
Ndiken Sergi Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Almasuh - Papua

Tulis dan Tulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Memilih Calon Kepala Daerah

30 Januari 2019   18:19 Diperbarui: 2 Februari 2019   23:49 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
surabaya.tribunnews.com

Masyarakat menginginkan seorang kepala daerah yang bekerja dan melayani dengan sepenuh hati. Bukan hanya sekedar membuat suatu kegiatan yang menurut banyak orang itu adalah acting untuk kepentingan pencitraan. Sering berbagai macam strategi di lakukan para kepala daerah termasuk petahana untuk mendapatkan simpati masyarakat. Apalagi mendekati akhir masa jabatan. Segala daya upaya di lakukan untuk dapat mendulang popularitas dan elektabilitas. Tetapi di harapkan adalah dalam mencapai tujuan yang di inginkan harus menggunakan cara - cara terhormat dan baik.

Pada hakikatnya masyarakat menginginkan kehidupan yang lebih baik, makmur, sejahtera, aman dan nyaman. Bebas dari segalah jenis persoalan yang membuat kehidupan menjadi tidak baik. 

Keinginan masyarakat itu sederhana dan harapan tersebut berada di pundak seorang pemimpin atau kepala daerah. Jika kepala daerahnya mempunyai gaya hidup hedonisme bagaimana dengan kehidupan masyarakatnya? sebab gaya hidup hedonisme pasti memicu hal - hal negative lainnya sehingga membuat seorang kepala daerah melakukan tindakan, keputusan, dan kebijakan di luar batas kewajaran. Di antaranya melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Tanggung jawab menetukan seorang pemimpin atau kepala daerah ada pada masyarakat. Seharusnya dalam memilih seroang kepala daerah, masyarakat harus jelih dan telitih melihat siapa orang tersebut. Rekam jejak, prestasi, dan reputasi dari calon kepala daerah tersebut harus sudah dapat di kenali dan di ketahui oleh masyarakat. Sehingga dalam menentukan pilihan keputusan tidak membuat suatu penyesalan di kemudian hari. Seperti memilih kucing dalam karung.

Ada orang yang sebelum menjadi kepala daerah, kehidupannya sederhana. Tetapi setalah menjabat sebagai bupati, kehidupannya berubah drastis 360 derajat. Teman - teman lamanya di tinggalkan, tempat nongkrong lamanya di tinggalkan, memakai jam tangan yang harganya puluhan jutah rupiah, rumahnya di rehap seperti istana seorang raja, mobil baru dengan harga ratusan - milyaran rupiah parkir di garasi. 

Gaya hidup istri kepala daerah tersebut ikut beruba drastis. Berdandan dengan berbagai aksesoris yang mahal. Membalut tubuh dengan berbagai bahan dan benda yang harganya mencapai ratusan jutah rupiah. Mereka ini tidak berpikir kalau uang tersebut jika di subangkan kepada orang miskin akan sangat bermanfaat untuk kebaikan di bumi dan akhirat.

"Jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan." (Abraham Lincoln, Presiden Amerika ke 16)

Fenoma -- fenomena tersebut sering terjadi pada kepala daerah di berbagai belahan bumi nusantara. Bahkan yang lebih parah lagi, jika kepala daerah tersebut selingkuh dan istrinya pun selingkuh atau kepala daerah tersebut mempunyai wanita simpanan lain, dan istrinya mempunyai laki -- laki simpanan lain. Hal tesebut jelas sangat tidak terpuji dan tidak pantas di jadikan sebagai panutan. Apakah kita ingin memiliki kepala daerah yang seperti ini ?

Kebiasaan buruk lain dari para kepala daerah, terutama di papua adalah kebiasan berangkat ke luar papua. Sehingga masyarakat sering melebelisasi para kepala daerah tersebut dengan istilah kepala daerah 5 - 2. Lima hari di luar papua, dua hari di daerah asal. Kebiasaan berangkat para kepala daerah ini haruslah dikurangi. Jika ada keberangkatan yang dapat diwakilkan, haruslah di wakilkan agar tidak terkesan monopoli dan arogan. Sebab keberadaan seorang kepala daerah di tengah - tengah masyarakat sangat penting di butuhkan. Bagaimana keluhan masyarakat tentang suatu persoalan harus lah mendapat tanggapan yang cepat dari para kepala daerah. Segala bentuk keputusan dan kebijakan ada pada kepala daerah. Jika kepala daerah tesebut lebih banyak waktunya di luar daerah, jelas akan berdapak pada pengambilan suatu keputusan dan pelayanan kepada masyarakat.

Mungkin dalam perilaku kunjungan kerja keluar daerah, para kepala daerah khusunya di papua, harus belajar dari mantan Bupati Kabupaten Sarmi periode 2005 - 2010. Bapak Edward Fonataba pada tahun 2010 mendapatkan tiga penghargaan dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sala satunya, adalah melakukan kunjungan kerja paling sedikit keluar daerah.

Selain dari pada itu banyak kepala daerah yang menggunakan strategi politik untuk mempertahankan kekuasaanya. Salah satunya membangun dinasti politik. Melibatkan para keluarga, istri untuk terlibat aktif dalam dunia politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun