Mohon tunggu...
Bung Syam
Bung Syam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah kenyataan, terima kenyataan, dan hadapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malulah Pada Diri Sendiri Sebelum Dipermalukan Orang Lain

2 Oktober 2016   20:23 Diperbarui: 2 Oktober 2016   20:37 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tidak boleh lupa bahwa dibalik apa yang terlihat atau dibalik yang apa yang terbaca ada sesuatu yang juga harus diketahui, difahami, dan diakui akan keberadaannya. Karena dibalik sebuah wadah pasti ada isi yang menempati ruang yang seharusnya juga diyakini dan diakui keberadaannya, realitasnya secara outentik isi merupakan sesuatu yang paling urgen yang seharusnya diutamakan. Karena buah kelapa yang paling diutamakan dan dibutuhkan adalah isinya dan dari bagian itu semua yang terpenting adalah bijinya. Karena bila tanpa biji maka tidak mungkin buah kelapa dapat tumbuh untuk menggantikan pohon yang mati atau ditebang untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dari setiap yang wujud atau terlihat dan terbaca hampir selalu mengandung ke lima hal berikut: wadah, isi, inti, sari, dan biji/benih. Demikian juga di dalam setiap perintah Agama atau ajaran Agama pasti mengandung ke lima hal tersebut, karena itu janganlah berdebat dan bertengkar mengenai ajaran Agama. Sebab tingkat keyakinan dan pemahaman manusia akan berbeda ter-gantung dari keilmuan dan amal perbuatan yang telah dilakukannya. Manusia yang telah memahami ajaran Agama sampai kepada benihnya (sari patinya) mereka ini amat sangat memaklumi berbagai keadaan manusia dengan berbagai sikap dan perilakunya.   

Mereka amat menyadari bila berhadapan dengan manusia yang masih berada pada tingkatan wadah atau kulit dalam memahami sebuah makna dari ajaran Agama. Mereka mengetahui dengan baik sampai dimana tingkatan manusia yang sedang berhadapan dengan dirinya. Masih berada dikulitkah, atau sudah sampai pada isikah, atau telah sampai pada intikah, atau sudah berada pada tingkatan sarikah, atau bahkan sudah selevel dengan dirinya. Semua itu dapat terlihat dan terbaca melalui ucapan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang yang sedang berhubungan dengan dirinya. Ibarat orang yang telah sangat ahli dalam masalah mesin dia akan tahu sampai dimana orang lain juga menguasai masalah mesin seperti dirinya.

Karena itu pendekatan dalam hal mengaplikasikan sebuah pemikiran juga perlu pendekatan dengan motode dan model sebagaimana filosofi buah kelapa. Karena dalam kehidupan ini kita akan dihadapkan dengan manusia-manusia yang masih kuat berpegang pada teori-teori semata, golongan manusia yang masih berada pada tingkatan wadah. Golongan ini cenderung keras dan kasar dalam sikap dan ucapan, mereka belum menyadari hidup ini tidak cukup hanya dengan teori semata.

Kemudian kita juga akan dihadapkan pada golongan manusia yang mengandalkan isi atau tindakan semata atau yang penting bertindak semua akan beres, itu pendapat golongan ini. Mereka belum menyadari bahwa dibalik tindakan ada hal lain yang seharusnya diketahui agar tindakannya tidak menjadi sebuah tindakan tanpa makna.

Kemudian kita juga akan dihadapkan pada manusia yang sudah memahami tujuan dari teorinya dan sudah memahami tujuan utama dari tindakan yang dia lakukan. Golongan ini sudah mengetahui inti dari tiap persoalan yang dihadapi, jadi sudah memiliki kefokusan dari tindakan yang dilakukannya.

Kemudian kita juga akan dihadapkan pada sebagian kecil manusia yang sudah pada tingkatan mampu merasakan sari-sarinya ilmu dan sari-sarinya tindakan yang dilakukannya. Ini golongan manusia yang amat sedikit, ini golongan manusia yang bertindak penuh pengertian yakni meny-atukan antara kecerdasanya dengan pengalamannya menyesuaikan dengan kenyataan dan realitas yang ada. Golongan ini memiliki kemampuan menjembatani semua kepentingan masuk menjadi satu kesatuan utuh dalam tindakan yang dia lakukan.

Dan ini golongan manusia langka yang amat sulit ditemukan dan amat sulit ditemui, karena golongan ini sangat pandai menyamarkan dirinya. Karena kemampuannyaa membaur dengan ber-bagai bentuk karakter manusia sudah tidak diragukan lagi, sehingga amat sulit terbaca. Inilah golongan yang sudah pada tingkatan mampu menebarkan benih keilmuan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain yang sudah sampai pada tingkatannya.

Lalu kita sendiri sudah sampai dimana itu penting untuk diketahui agar tidak jadi manusia yang mudah terjebak pada sikap jumawa atas apa yang kita miliki dan kita kuasai. Jadilah sebagaimana filosofi padi, kalau terlalu banyak mendongak berarti kosong melompong tak ada isi, malulah pada diri sendiri sebelum dipermalukan oleh orang lain.

Itulah model pendekatan yang bisa kita lakukan dalam usaha kita mengaplikasikan hasil pemikiran dalam bentuk tindakan nyata.  Dengan memahami tingkatan dalam memahami sebuah keilmuan dan tindakan sebagaimana tersebut di atas supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan arah dan tujuan di dalam menjalankan setiap tugas dan kuwajiban kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun