Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kutukan

14 April 2019   21:18 Diperbarui: 14 April 2019   21:51 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah itu aku tatap diam-diam, mungkin dia sadar, karena jarak aku duduk dengannya tidak lebih dari dua langkah. Wajah yang baru beberapa bulan ini muncul di hidupku. Dia sebenarnya bukan orang baru di hidupku, aku pernah bertemu dengannya dua kali. Ah kurang tepat rasanya kalau dibilang bertemu. Karena dipertemuan pertama aku tidak bertegur sapa dengannya. Aku melihatnya karena memang aku dan dia ada di kelas yang sama, sebuah acara perkenalan untuk karyawan baru. Pertemuan kedua lagi-lagi aku sekelas dengannya, sebuah training wajib yang diadakan tempatku kerja mempertemukanku dengannya lagi. Dan lagi-lagi aku tidak bertegur sapa dengannya. Aku hanya melihatnya.

Dan sekarang, semenjak kesalahan yang aku perbuat, akhirnya aku malah duduk berdua dengannya di tempat ini. Setidaknya semenjak enam bulan yang lalu. Karena kelalaianku yang membuat atasan ku marah dan akhirnya "membuangku" ke tempat ini. Awalnya aku marah, jengkel, menggerutu, bahkan sempat mengeluarkan sumpah serapah untuk atasanku itu. Tempat ini jauh dari rumah, untuk mencapai tempat ini aku harus berganti dari naik kereta, naik angkot lalu masih harus jalan kaki. Namun, kejengkelan itu semakin hari semakin memudar, marah dan gerutuan itu semakin hilang. Ya tentu, setelah aku tahu ada lelaki ini. Lelaki yang sekarang ada di sampingku. Sibuk dengan rokok di tangan kirinya dan handphone di tangan kanannya.

Kepulan asap rokok itu membumbung, suara bising kendaraan semakin riuh. Jalan depan kantor semakin ramai di jam-jam pulang kantor seperti ini. Apalagi ini hari Jumat, dimana semua orang selalu bilang "Thanks God it's Friday".

"Kamu sudah mau pulang?" tanyanya setelah menghisap dalam-dalam rokok yang baru dinyalakannya lagi itu.

Aku menggeleng, tatapanku beralih ke tumpukan kendaraan di jalan depan.  

Dia menunjukkan tulisan di HPnya, sebuah note yang panjang. Memintaku untuk membacanya.

"Kenapa?" tanyaku setelah membacanya. Sebuah draft yang sudah ia rancang jauh-jauh hari katanya. Intinya dari tulisan itu sebenarnya sih kata putus untuk pacarnya. Ya, lelaki di sampingku ini sedang dalam masa galau kalau kata anak jaman sekarang. Percintaannya dengan seorang gadis yang sudah ia lewati hamper 4 tahun itu ingin ia akhiri karena satu dan lain hal. Panjang ceritanya kalau aku harus menceritakan ulang curhatannya.

"Semakin ke sini aku semakin yakin aja. Aku nggak bisa lanjutin ini semua, kasihan dia juga."

Mendengar itu aku seperti membelah diri menjadi dua. Sisi yang satu aku bergembira karena akhirnya dia akan putus juga dengan pacarnya. Sisi yang satu lagi aku ingin menempelengnya. Ingin rasanya aku memngelaurkan cacian dan makian di depan mukanya. Wanita mana yang mau diputusin gitu aja, apalagi dengan alasan alih-alih ketidakcocokan watak dan blablabla.

Tapi pada akhirnya aku memilih diam, menyelonjorkan kakiku dan menggerak-gerakkanya ke kiri dan ke kanan. Dia masih sibuk menghabiskan entah itu sudah rokok yang ke berapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun