Mohon tunggu...
Septiana Prihatin Ningsih
Septiana Prihatin Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belum ada

Suka Turu Ora Resiko

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Menulis Puisi Sebagai Media Meningkatkan Imajinatif dan Kreativitas dalam Pengembangan Penulisan Sastra

14 September 2022   14:17 Diperbarui: 14 September 2022   14:44 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulisan Sastra

Penulisan sastra sering disebut dengan nonilmiah. Disebut penulisan sastra karena jika disebut nonilmiah, nanti menimbulkan persepsi bahwa ilmiah dengan nonilmiah bersiafat "berlawanan". Oleh karena itu, jika ilmiah objektif, faktual, dan bersudut pandang ilmu pengetahuan, nanti nonilmiah disebut subjektif, fiktif, dan khayal. Tentu saja, hal ini tidak benar karena dalam sastra, sekalipun subjektif, bisa jadi menguunakan persepsi ilmu pengetahuan tertentu dan tetap memiliki aspek-aspek kefaktualanya. Untuk itu, sastra yang sering disebut nonilmiahbukan oposisi substansi dari ilmiah sehingga dengan menyebut sastra ada pemahaman bahwa sastra bukan oposisi ilmiah. Sastra merupakan jenis penulisan yang jelas memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmiah.

Sastra merupakan jenis penulisan yang dilakukan oleh subjek (penulis) dalam mempersepsi fenomena (objek) dengan menggunakan daya imajinasi penulisanya yang subjektif dan ditulis dengan sistem konvensi tertentu. Ini menegaskan bahwa sastra lebih mendayagunakan subjektivitas penulis karena dalam menulis lebih menekankan pada daya khayal, imajinasi, dan interpretasi atas fenomena sebagai objek. Di sini, fenomena telah dikreasikan secara imajinatif oleh penulisnya sehingga objek melebur dalam subjek. Inilah yang menjadikan penulisan sastra subjektif, tetapi dalam subjektifnya, sastra berangkat dari objek. Hanya saja, dominanya kreasi imajinatif inilah yang membuat sastra subjektif, imajinatif, khayal.

Sifat subjektivitas inilah yang menjadikan  sastra bersifat estetis karena objek yang ingin disampaikan penulis pada pembaca bukan objek yang sebenarnya, yang informatif seperti dalam penulisan ilmiah, tetapi objek yang imajinatif karena demi keindahan (estetika). Oleh karena itu, estetika merupakan nilai yang akan disampaikan penulis pada pembaca. Dalam mengeksplorasi keindahan inilah, menulis satra membutuhkan kreativitas imajinatif yang bagus agar menghasilkan estetika yang baik.

Dalam menuliskannya, penulisan sastra harus sesuai dengan sistem konvensi kesastraan yang ada. Sistem konvensi kesastraan jelas berbeda dengan sistem konvensi ilmiah. Seperti sudah dijelaskan, jika sistem konvensi ilmiah itu didasarkan pada metodologi ilmiah, sedangkan sistem konvensi kesastraan didasarkan karakteristik sastra yang memilliki tiga sistem konvensi penulisannya, yaitu konvensi fiksi, puisi, dan drama-skenario. Sistem konvensi penulisan fiksi itu bersifat naratif dengan menceritakan peristiwa secara kronologis, puisi bersifat pembaitan dan pemandatan diksi, sedangkan skenario-drama bersifat naratif dialogis dengan deskripsi tipa kejadian yang jelas.

Puisi adalah rangkaian hasil pikiran dan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam bahasa yang indah dan terstruktur. Puisi terdiri dari dari unsur-unsur seperti imajinasi, pemilihan kata, pemikiran, nada dan rasa.

Ini adalah beberapa puisi dari teman-teman saya

IDOL

Manusia berwajah rupawan

Mata berseri bagai pelangi

Bak seorang dewa ataupun dewi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun