Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Trumponomics: Ketika Amerika Menantang Seluruh Dunia

12 April 2025   06:26 Diperbarui: 14 April 2025   15:03 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat Donald Trump membawa daftar negara yang dikenakan tarif impor dalam acara di Rose Garden bertajuk Make America Wealthy Again, di Gedung Putih, Washington DC, 2 April 2025.(AFP/BRENDAN SMIALOWSKI via Kompas.com)

Ketika Donald Trump kembali duduk di Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), banyak pihak bersiap-siap menghadapi turbulensi ekonomi global. Tak butuh waktu lama sampai istilah Trumponomics---yang sempat populer di periode pertamanya---kembali jadi perbincangan hangat. Dan seperti deja vu, dunia kembali dihadapkan pada serangkaian kebijakan ekonomi yang agresif dan penuh kejutan.

Trumponomics sejatinya bukan hal baru. Istilah ini mulai sering muncul sejak 2016 untuk menggambarkan pendekatan kebijakan ekonomi Trump yang cenderung proteksionis, penuh tekanan, dan seringkali tidak terduga. Salah satu warisan paling kentara dari periode pertama kepresidenan Trump adalah perang dagang dengan China yang sempat mengguncang pasar global dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi di berbagai belahan dunia.

Kini, di periode keduanya yang dimulai sejak Januari 2025, Trump tampaknya ingin segera melanjutkan babak baru dari saga Trumponomics. Hanya dalam hitungan minggu, ia langsung menandatangani Executive Order yang menetapkan tarif impor 25% untuk baja, aluminium, dan otomotif. Meski langsung memicu berbagai kritik, ternyata itu baru permulaan.

Kejutan lebih besar datang pada 2 April 2025, saat Trump berpidato dalam sebuah event yang ia sebut sebagai "Liberation Day." Dalam pidato tersebut, ia mengumumkan tarif dasar 10% untuk seluruh barang impor, serta tarif tambahan yang lebih tinggi untuk barang dari 57 negara---termasuk Indonesia, yang terkena tarif hingga 32%. Bahkan sekutu dekat AS seperti Kanada dan Uni Eropa pun tak luput dari kebijakan ini.

Reaksi pasar? Tentu saja terkejut dan kacau. Dalam hitungan hari, indeks saham utama seperti S&P 500, Nikkei, hingga Hang Seng merosot tajam---turun sekitar 15% dalam waktu singkat. Pasar global merespons dengan panik, mencerminkan keresahan akan masa depan perdagangan internasional yang penuh ketidakpastian.

Namun seperti gaya Trump yang khas, keriuhan belum selesai. Tepat seminggu setelah pengumuman tarif besar-besaran itu, di tengah kekacauan pasar modal dan surat utang, ia mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap pengenaan tarif tambahan. Meskipun di sisi lain, China malah dipukul lebih keras, dengan tarif yang dinaikkan menjadi 125%.

Aksi warga Amerika Serikat (Sumber: Colin Lloyd via Unsplash)
Aksi warga Amerika Serikat (Sumber: Colin Lloyd via Unsplash)

Tampaknya Trump sangat tidak suka dengan respons "berani" dari China yang langsung membalas kebijakan tarif AS. Ketika AS mengenakan tarif 34%, China membalas dengan tarif yang sama. Saat AS menaikkan tarif menjadi 125%, China kembali merespons dengan tarif sama. Perang tarif ini makin terasa seperti adu ego, ketimbang kebijakan ekonomi berbasis data.

Trumponomics versi 2025 ini menunjukkan satu hal penting: Trump ingin dunia tunduk, tapi tidak suka dunia melawan balik. Pendekatan ini tak hanya menciptakan ketegangan diplomatik, tapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang arah sistem perdagangan global ke depan.

Dari kebijakan tarif Trump kali ini, setidaknya ada dua hal penting yang perlu dikritisi dari pendekatan ini---dan mungkin sudah waktunya publik mulai mendiskusikannya secara lebih terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun