Tahun 2022 ini, kita sering mendengar tentang gaung Indonesia memegang presidensi G20, namun belum banyak yang tahu apa sih G20 itu? dan apa efeknya tampuk presidensi bagi Indonesia?
Group of Twenty (G20) sejatinya adalah forum yang terdiri dari 19 negara, plus Uni Eropa. Didirikan sejak 1999, kini G20 merepresentasikan 60% populasi penduduk bumi, 75% perdagangan dunia, dan 80% ekonomi dunia berdasarkan Gross Domestic Product (GDP). Wow.
Jelas, di forum ini berkumpul negara-negara besar dunia seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Russia, Inggris, India, dan lainnya. Istimewanya, tahun ini merupakan pertama kali dalam sejarah Indonesia memegang presidensi G20.
Secara organisasi, G20 memang tidak memiliki sekretariat tetap, jadi tongkat presidensi ditetapkan secara bergantian setiap tahunnya. Presidensi memiliki kesempatan untuk menjadi penyelenggara forum multilateral ini, sekaligus merumuskan agenda prioritas yang akan dibahas bersama.
Acara G20 juga tidak hanya sekali "tembak" saja, namun merupakan rangkaian pertemuan antar negara yang meliputi forum kelompok kerja (working groups), pertemuan tingkat menteri dan deputi (ministerial & deputies meeting), hingga puncaknya adalah konferensi tingkat tinggi (summit) yang akan dihadiri kepala negara/pemerintahan masing-masing negara.
Bayangkan saja, banyak tokoh dan ahli penting dari berbagai negara akan berkumpul dan berdiskusi secara langsung di Indonesia, termasuk para presiden dan perdana menteri negara-negara adidaya.
Tentu pertemuan para "dewa-dewa dunia" ini akan menyedot perhatian dunia ke tanah air, termasuk side effect kepada geliat ekonomi, pariwisata, dan opportunity bisnis yang terbuka lebar.
Namun, secara esensi, sejatinya G20 bukan sekadar adu gengsi kekuatan ekonomi, kemewahan penguasa, atau kedigdayaan politik semata. Semangat G20 adalah untuk mewujudkan solusi bersama atas berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi dunia.
Membuka Peran Nyata
Seperti sama-sama kita ketahui, dunia bertubi-tubi dihantam permasalahan berat. Sebut saja pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, dan krisis energi hingga pangan yang memicu inflasi tinggi di berbagai negara.
