Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Squid Game dan Bayi Silver, Ikon Ironi Kaum Urban

1 Oktober 2021   23:14 Diperbarui: 2 Oktober 2021   06:10 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Squid Game. Sumber foto : Kdrama stars

Serial Korea bertajuk Squid Game kini menjadi trending topic di berbagai lini masa. Dalam waktu singkat, serial bertema survival thriller ini menjadi pemuncak tangga Netflix tidak hanya di negara asalnya, Korea, tapi juga Indonesia, bahkan Amerika Serikat.

Mengisahkan tentang 456 orang yang mengalami kesulitan hidup dan rela melakukan apapun demi mendapatkan uang, Squid Game menjadi sindiran satir bagi realita kehidupan post modern.

Seperti dipotret dalam serial Squid Game, di tengah ingar-bingar dan gemerlap kota masa kini, realitanya semakin banyak kaum urban terbelit materialitas yang bernama uang.

Tidak perlu jauh-jauh ke Korea, salah satu contoh nyata ada di negeri kita tercinta. Fenomena maraknya manusia yang mengecat seluruh tubuhnya dalam warna perak pekat demi uang.

Ironisnya, tidak hanya tubuhnya yang dilumuri cat warna, tapi juga buah hatinya. Di daerah Pamulang, seorang bayi berusia 10 bulan, diwarna perak dan dibawa mengemis di tengah padatnya jalanan kota.

Squid Game dan bayi manusia silver, telah menjadi ikon ironi kehidupan kita sendiri.

Sumber foto: instagram @tangerangupdatecom
Sumber foto: instagram @tangerangupdatecom

Manusia dan Uang

Salah satu hal yang menjadi ciri khas sinema asal Korea adalah tema yang tidak biasa namun dekat dengan keseharian kita. Ada sebuah kutipan menarik dari salah satu tokoh dalam serial Squid Game.

"Apa kau tahu persamaan orang yang tak memiliki uang dan orang yang memiliki terlalu banyak uang? Hidup, tak menyenangkan bagi mereka."

Bagi sebagian orang yang pernah merasakan, atau paling tidak melihat mereka yang memiliki terlalu banyak kekayaan, kekuasaan, dan popularitas. Pada suatu titik, kekayaan akan menghadirkan "ilusi" yang sangat mungkin membuat hidup kita tidak se-menyenangkan sebelumnya.

Tidak bebas pergi kemana saja, tidak boleh kotor, tidak boleh terlihat melakukan ini dan itu. Hidup anda tidak akan lagi sama.

Lantas apakah lebih baik tidak punya uang? tentu tidak se-naif itu.

Dalam serial Squid Game, sebagian tokoh tadinya memiliki cukup uang namun karena tidak bisa mengendalikan diri dalam hidupnya, terperosoklah mereka ke dalam lilitan utang dan berbagai macam kesulitan.

Dunia post modern telah menciptakan sebuah hiperrealitas yang membuat banyak kaum urban terjebak dalam tuntutan gengsi, gaya hidup, dan keserakahan.

Hampir tidak ada pilihan lagi dalam hidup mereka, selain ikut bermain dan mendapatkan uang, meski nyawa menjadi taruhannya.

Tentu saja, logika dan empati mulai pudar saat nyawa kita dipertaruhkan.

Ironi itu tidak hanya ada di layar kaca, tapi juga disekitar kita. Salah satunya seperti peristiwa bayi kecil yang dilumuri cat silver, entah pergi kemana logika dan empati mereka yang melakukannya.

Squid Game dan bayi silver memang berada di dunia yang berbeda, namun keduanya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa untuk bertahan hidup, kita harus tetap menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun