Mendengarkan suara orang berbincang-bincang melalui media radio mungkin sudah menjadi hal yang biasa sejak bertahun-tahun lalu. Disaat banyak orang memperkirakan media audio akan punah, melejitlah podcast yang kini makin populer.
Sama-sama berbasis audio, lantas apa yang membedakan radio dengan podcast?
Podcast sebenarnya sudah ada sejak lebih dari satu dekade lalu, sekitar tahun 2005. Berawal dari Apple Podcast, saat itu bisa dibilang tidak terlalu populer, jauh kalah dengan Apple Music dan Youtube.
Namun kini podcast makin diterima di kalangan milenial. Unsur kreativitas, fleksibilitas dan konsep on demand lah yang membuat podcast sukses menarik perhatian.
On Demand
Berbeda dengan radio, podcast menawarkan variasi tema yang sangat luas, mulai dari fun talks, news, politic, religion, humor, finance, bahkan hingga horor dan supranatural sekalipun. Dan semua itu bisa kita pilih dan dengarkan sesuai kemauan kita (on demand).
Gaya hidup urban yang menuntut mobilitas tinggi dan multi tasking membuat podcast menemukan ceruk pasarnya. Advantage point podcast adalah bisa dinikmati sambil melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Jogging bisa sambil mendengarkan serunya creative talks.
Menunggu commuter line sambil mendengarkan kocaknya channel komedi.
Atau bahkan mencuci sambil mendengarkan siaran tentang ilmu investasi saham.
Semua itu bisa dilakukan dengan podcast. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, dan pulau yang akan dilalui sesuai pilihan dan minat kita.
Tidak kalah dari media audio visual seperti Youtube, Netflix, maupun musik yang kini semua berkonsep on demand. Kini podcast juga memiliki banyak ruang, yang paling populer di Indonesia dan global tentu saja Spotify, ada juga Soundcloud dan Google Podcast.