Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Atraksi Politik Jokowi dan Prabowo

29 Juli 2019   14:35 Diperbarui: 29 Juli 2019   14:37 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Bagi pendukung garis keras Prabowo, rasanya mungkin tak habis pikir, Jokowi dan Megawati yang dibenci habis-habisan, malah dijumpai dengan santainya. Ada apa sebenarnya?

Sedangkan pendukung garis keras Jokowi juga banyak yang terheran-heran. Sudah menang kok, ngapain ketemu-ketemu Prabowo, ada kepentingan apa?

Di waktu yang hampir bersamaan, atraksi mengejutkan juga terjadi saat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengunjungi Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem dan bertemu Surya Paloh. Setelah pertemuan usai, Surya Paloh mengungkapkan bahwa membuka peluang mendukung Anies di pilpres 2024. Wow !?

Bagi pendukung garis keras Prabowo, momen ini makin membuat linglung, karena notabene Partai Nasdem adalah salah satu partai yang tidak disukai oleh mereka. Masih hangat dalam ingatan, Ridwan Kamil disudutkan habis-habisan saat menerima dukungan dari Nasdem di pilgub Jabar.

Anies sendiri dengan popularitas dan posisinya saat ini sebagai Gubernur DKI Jakarta, adalah salah satu kandidat paling potensial sebagai calon presiden 2024 dan sangat dekat dengan pemilih muslim, terutama yang anti-Ahok. 

Konstelasi politik yang bercabang-cabang itu tentu memberi pelajaran penting, bahwa prinsip transaksional masih berlaku politik di Indonesia saat ini.

Sebuah adagium mengatakan, tidak ada makan siang gratis di politik. Pertemuan Jokowi dengan Prabowo, kunjungan Prabowo ke Megawati, hingga Anies bertamu ke Surya Paloh, tentu tidak sekedar karena "hanya ingin berjumpa".

Sebenci-bencinya pendukung Prabowo pada Jokowi dan pendukungnya, toh ternyata mereka tidak sungkan bertemu dan tertawa-tawa. Begitu juga pendukung Jokowi, sejumawa apapun mereka atas kemenangan, Jokowi saja santai senyum-senyum dan berpelukan dengan Prabowo.

Belum lagi, aksi PAN dan Partai Demokrat yang mulai pelan-pelan ingin "menyeberang" ke koalisi pemerintah. Menjadi ironi jika memang PAN jadi menyeberang, padahal ada Amien Rais, tokoh PAN selalu menggebu-gebu mengkritik pedas Jokowi.

Berkaca dari pilpres 2014, PAN kala itu juga bersama Prabowo menantang Jokowi, namun kalah. Ternyata aksi lobi-lobi politik membawa PAN ke barisan pemerintah, bahkan Zulkifli Hasan, ketua umum PAN mendapat kursi ketua MPR.

Yah, memang begitulah politik, lawan dan kawan beda tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun