Rangkaian cerita Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 hampir mencapai episode akhir, setelah diwarnai beragam atraksi politik yang menarik. Meskipun pasangan calon (paslon) yang berpartisipasi hanya dua dan bahkan merupakan duel ulang antara Jokowi dan Prabowo, masyarakat justru lebih antusias menikmati gelaran pilpres kali ini. Terbukti tingkat partisipasi masyarakat di pilpres 2019 ini mencapai 81 persen, tertinggi sejak tahun 2009.
Beragam atraksi politik tak biasa ditampilkan kedua paslon ini mampu menyedot perhatian masyarakat. Nuansa isu agama yang muncul sejak pilkada DKI Jakarta turut terbawa cukup kencang di pilpres 2019, memberi warna tersendiri bagi perjalanan pesta politik rakyat Indonesia.
Kejutan di Awal
Atraksi politik Jokowi dan Prabowo diawali saat pemilihan calon wakil presiden masing-masing. Jokowi, calon presiden (capres) petahana yang (mungkin...) merasa disudutkan terkait isu agama secara mengejutkan memilih KH Ma'ruf Amin, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Rais Aam PBNU.Â
Prabowo, capres yang didukung imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama melalui Ijtima', seakan tak ingin kalah beratraksi, justru memilih Sandiaga Uno.Â
Munculnya Sandiaga menjungkir-balikkan prediksi dan harapan pemilih muslim yang mendukung Prabowo. Tidak hanya mengabaikan rekomendasi Ijtima' untuk memilih ulama, namun sosok yang dipilih juga notabene merupakan kader Partai Gerindra.
Justru Jokowi yang malah memilih tokoh ulama sentral, dan bahkan menuai kritik pedas dari para pendukung Ahok, salah satu basis terkuat pemilih Jokowi. Logika para pemilih dibuat terheran-heran atas atraksi kedua capres ini.
Nama-nama potensial seperti Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, AHY, Ahmad Heryawan, TGB hingga Gatot Nurmantyo, otomatis hilang digulung ombak atraksi Jokowi dan Prabowo.
Secara tersirat kedua capres menujukkan kepercayaan diri tinggi dengan menunjuk cawapres yang anti-mainstream.Â
Dalam episode ini, GNPF Ulama yang rekomendasinya diabaikan oleh Prabowo ternyata memilih tetap bertahan. Di lain pihak, Jokowi yang sebelumnya menggaungkan isu nasionalisme dan ekonomi menggandeng ulama dan PBNU.