Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Hantu Jalanan, Sebuah Seni atau Ironi?

1 Maret 2018   11:30 Diperbarui: 1 Maret 2018   14:39 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: instagram @jadagram

Kerlap-kerlip malam kota Bandung selalu menarik bagi wisatawan, terutama di masa liburan. Berjalan-jalan santai di sekitar alun-alun kota Bandung menjadi pilihan menyenangkan dan tentu saja murah untuk menikmati gemerlap malam. Di tengah keramaian warga, terlihat beberapa "hantu" yang memasang wajah seram tapi justru dikerumuni oleh banyak orang. Sebuah fenomena menarik yang mulai tumbuh di tengah masyarakat urban.

Hantu-hantu jalanan yang berkeliaran itu sebenarnya manusia yang memakai kostum dan make up, biasa disebut cosplay. Mulai dari hantu lokal seperti kuntilanak, pocong, jin, hingga hantu internasional seperti drakula, vampir bahkan ada juga Valak (hantu utama di film The Conjuring). 

Sebenarnya tidak hanya hantu yang muncul, tapi juga cosplay tokoh-tokoh populer seperti Iron Man, Batman hingga robot Gundam. Perpaduan landscape deretan bangunan bertema art deco, kehangatan lampu malam, dan warna-warni cosplay membuat Jalan Asia Afrika Bandung semakin unik.

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dalam beberapa wawancara juga menyebutkan bahwa ia mendukung maraknya cosplayer yang mewarnai pusat kota Bandung. Para cosplayer ini dinilai bisa menghibur para warga dengan cara yang unik, tanpa memaksa meminta uang, wisatawan tidak segan memberi uang lebih jika mereka terhibur dengan penampilan unik para hantu, robot dan tokoh superhero lainnya. Secara tidak langsung, dunia kreatif turut bergeliat di tengah masyarakat.

Dalam konteks pariwisata, fenomena ini bisa dilihat sebagai sebuah seni penampilan. Dengan kreativitas make up dan kostum, tokoh-tokoh hantu menjadi cukup real untuk dilihat secara langsung. Tidak mudah lho berpenampilan seperti hantu, harus menahan bedak yang tebal, wajah yang harus selalu seram, bahkan mungkin jadi ikut merasakan nuansa mistis, hehe. Demi mengais rezeki, para cosplayer hantu ini penuh totalitas menjalani hari-harinya.

Di balik wajah seram si hantu, sisi manusia tetap bisa kita lihat. Mereka tetap beribadah di waktunya dan tetap mencari makan saat lapar. Saya dan keluarga pernah cukup terkejut saat sedang membeli cemilan di salah satu mini market di daerah Jalan Asia Afrika, tiba-tiba muncul si kuntilanak tersenyum mengantri untuk membayar minuman yang dibelinya. Tentu senyumnya tetap memancarkan nuansa seram, hehe tapi tidak apa-apa, mereka juga butuh makan.

Ironi Manusia

Antusiasme terhadap hal-hal mistis sesungguhnya tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, mulai dari cerita gaib, mitos, hingga film-film yang menampilkan berbagai kisah hantu. Biasa kita lihat bioskop selalu penuh sesak jika film horror unggulan tampil di layar lebar. Seolah apapun yang berbau mistis, masyarakat Indonesia bukannya takut, tapi justru penasaran dan berebut melihat. Hal inilah yang ditangkap oleh para cosplayer, dunia gaib sedemikan rupa dikemas menjadi jalan mencari rezeki.

Terlepas dari anda percaya atau tidak adanya dunia gaib, saat ini hal-hal yang mistis telah menjadi bagian dari komersialisasi hiburan. Tidak hanya di Indonesia tapi juga negara-negara maju, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa yang berpendidikan tinggi pun tertarik untuk menelisik. 

Bisa jadi kita sedang melihat sebuah ironi di tengah semakin majunya peradaban kota dan teknologi manusia.

Septian Ananggadipa

Jakarta, Maret 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun