Mohon tunggu...
Septiana tia
Septiana tia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cyberbullying oleh Maha Netizen

15 April 2018   11:04 Diperbarui: 15 April 2018   14:26 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu, saya pernah membaca postingan yang sedang viral di timeline Line. Postingan ini berbicara tentang majunya teknologi penyampaian informasi yang diiringi kemunduran etika berkomunikasi. Di postingan tersebut, penulis lebih memfokusan kepada etika berkomunikasi saat penyampaian one to one, seperti personal chat. Saya tentu sangat mendukung postingan ini, sayangnya di postingan yang berbobot seperti ini, saya tetap menemukan netizen -- netizen yang sok cerdas, padahal kosong.

Adanya UUD yang mengatur kebebasan berpendapat malah disalahgunakan oleh netizen, sehingga sering kali mereka lupa bahwa ada juga UUD ITE yang mengatur informasi dan transaksi elektronik. Akibat 'lupanya' mereka ini, tak jarang pula dari mereka banyak yang terjerat sanksi hanya karena 'komentar kosong' di media sosial.

Banyak sekali netizen yang berkomentar pedas, seperti 'menuhankan' diri dan menganggap semua apa yang dipikirkannya benar. Sangat cepat menanggapi sebuah artikel atau berita dengan headline 'keras', tanpa membaca keseluruhan berita yang saling terkait. Sehingga kerap kali komentar yang muncul dari lisan mereka, sesungguhnya sangat jelas bahwa mereka hanya melihat headline, clickbait, dan thumbnail.

Saya dulu juga pernah beropini tentang komentar pedas netizen terhadap artikel 'penyandraan bayi oleh RS', disitu terlihat jelas bahwa netizen sama sekali tidak memiliki background atau pengetahuan tentang bagaimana berkeluarga dan parenting, tetapi mereka dengan bangganya langsung menghina pihak keluarga bayi.

Lalu ada pula berita terkait seorang tahanan yang tidak diperkenankan pulang ke rumah, ketika anaknya meninggal dunia, sehingga jenazah anaknya lah yang dibawa ke rumah tahanan. Berbeda dengan berita sebelumnya, disini netizen berkomentar pedas dan menganggap bahwa pihak kepolisian tidak adil dan tidak berkemanusiaan.

Padahal semua sudah diatur di UUD, tahanan memang diperbolehkan menjenguk saudaranya sakit, atau cuti hari raya, namun hal ini hanya berlaku untuk beberapa kasus yang menjerat tahanan tersebut saja. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Masyarakat Indonesia Sangat SEDIKIT membaca (mungkin juga saya).

Sayangnya di berita tersebut, tidak diperjelas apakah kasus si tahanan ini, sehingga sulit bagi kita untuk menilai apakah keadilan memang sedang ditegakkan, atau memang sesuai dengan anggapan netizen bahwa Hukum di Indonesia tumpul ke atas dan runcing ke bawah (?)

Contoh postingan lainnya adalah soal meme yang dibuat netizen, berisi tentang 'kritik tanpa saran' mengenai perfilman di Indonesia yang kata mereka judulnya penuh ambigu, dan disana netizen pun langsung mencap bahwa perfilman Indonesia BURUK, dan enggan menonton film tersebut.

Jika saya diperbolehkan beropini, memang setiap karya tidak akan pernah mendapat angka 10/10, karena memang selera setiap orang berbeda. Film yang katanya berjudul ambigu tersebut, sebenarnya memiliki cerita yang sangat bagus, mengangkat kisah nyata yang terjadi di sekitar kita, dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak pula makna yang dapat diambil dan dipelajari.

Poinnya adalah di saat kita berkomentar, cobalah untuk memahami keseluruhannya, jangan hanya satu atau dua bagian saja. Dan jika memang ingin memberikan kritik, sertakanlah saran. Misalkan di saat menghina judul film ambigu tersebut, cobalah buat judul film yang menurut anda lebih baik, sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak terkait. Bukannya malah HANYA menghina dan menertawakan, tanpa memberikan saran, padahal diri sendiri tidak mengerti sama sekali soal perfilman.

Teman -- teman pembaca, di sini saya menyertakan beberapa film dan video yang menjelaskan akibat buruk dari Cyberbully

Cyberbully(2011), Unfriended(2014), Cyberbully (2015), 13 reasons why(2017), Tipe -- Tipe pembully oleh Last Day Production (LDP).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun