Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu Senyum Pak Harto

12 April 2016   11:32 Diperbarui: 12 April 2016   11:44 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Niscaya sebuah negara punya sejarah, baik kejayaan ataupun kerusakan. Pun dinegeri kita Indonesia hampir 71 tahun sejak kemerdekaan digaungkan sudah melewati beberapa fase kekuasaan. Nama-nama besar sudah memimpin Indonesia dengan plus minusnya. Salah satu pemimpin terkuat yang hampir 32 th mempertahankan jabatannya mulai tahun 1966 hingga 1998. Pak Harto..begitu nama yang dulu kami kenal. Nama itu begitu familiar ditelinga warga Indonesia tak tekecuali saya, yang pada saat itu masih berusia sangat belia.

Pak Harto memiliki nama lengkap Soeharto. Lahir di desa Kemusuk Yogyakarta tepatnya 8 Juni 1921. Pak harto lahir dari seorang ibu bernama sukirah dan bapak Kertosudiro. Orang tua pak harto bekerja sebagai petani dan pembantu lurah untuk urusan irigasi sawah. Awal karirnya dimulai saat pak harto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara Gombong Jawa Tengah pada tahun 1941 dan resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.

Selama menjabat dari tahun 1966 hingga 1998, Indonesia mengalami banyak sekali kemajuan. Stabilitas nasional dirasakan hampir seluruh lapisan masyarakat terkecuali orang-orang yang merasa menjadi korban Pak Harto. Tetapi bukan itu yang ingin saya kaji dan bahas. Setiap pemimpin tentu memiliki kelebihan dan kekurangan tak terkecuali Pak Harto. Terlepas dari itu sejenak mengingat sedikit apa yang saya ingat tentang saat dimana saya hidup di era Pak Harto tentu ingatan tentang Kebaikannya bukan keburukannya.

Bidang Pendidikan

Di lingkup pendidikan era Orba memberikan kenangan baik buat saya, masih jelas dalam ingatan bahwa setiap peringatan hari besar Negara Indonesia seluruh lapisan masyarakat merayakan dengan suka cita. Mulai dengan lomba-lomba, upacara bendera, kegiatan lainnya yang hampir semuanya satu tujuan yaitu ikut memperingati hari besar lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia tepat di tanggal 17 Agustus. Rasa cinta terhadap negara Indonesia terpupuk baik, anak-anak punya jiwa patriotisme tinggi. Begitu heroiknya saat mengibarkan bendera merah putih di tiang bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama, dilanjutkan dengan mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam perang merebut kemerdekaan Indonesia.

Di sekolah pun masih diberlakukan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa. Materi P4 ini berisi tentang panduan pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. P4 menjabarkan tentang lima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila sesuai dengan Ketetapan MPR no.II/MPR/1978. P4 dirasa sangat perlu diberlakukan lagi di era sekarang, dengan format sama atau disesuaikan dengan era sekarang. Apa sebab?

P4 berisi tentang materi yang terjabar dalam 36 butir pengamalan pancasila. Anak-anak sekarang hampir dipastikan `kepahaman tentang Pancasila sangat minim. Bahkan mungkin tidak ada. Sedikit sekali anak-anak tahu tentang apa itu Pancasila? Bhineka Tunggal Ika? Atau Lagu Kebangsaan Indonesia Raya?. Semua sudah terkikis oleh paparan arus modernisasi. Kebiasaan setiap memperingati hari Kemerdekaan Indonesia pun berangsur hilang, jarang ditemukan gema kemeriahaannya. Warna warni bendera berkibar, semangat mengikuti lomba yang diadakan. Partisipasi masyarakat untuk meramaikannya pun ikut berkurang. Padahal seandainya saja hal itu terus dijaga tentu anak-anak kita, generasi kita akan tekenang sepanjang hidupnya. Pun nasib yang sama P4 sejak tahun 2003 tidak lagi berlaku sejak dikeluarkannya ketetapan MPR no.1/MPR/2003. Sejak itu pula Indonesia berangsur memasuki tahap kritis, Indonesia kehilangan jati diri bangsa. Penerus bangsa kehilangan kebinekaannya, mudah sekali terpancing isu intoleran dan rasis.

Bidang Pangan

Jaman Orba, Indonesia melewati masa keemasan menjadi negara swasembada beras, harga kebutuhan pokok cenderung stabil dan meningkat. Keberhasilan itu bahkan diganjar penghargaan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada tahun 1985. Masa Pemerintahan Pak Harto di Era Kabinet Pembangunan IV dengan wakil presidennya adalah Umar Wirahadikusumah menyelenggarakan Program Pelita IV terhitung mulai bulan Maret 1983 hingga Maret 1988. Sektor pertanian dan industri menjadi fokus utama program pemeritah tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan industri guna menghasilkan mesin industri secara mandiri. Keberhasilan Indonesia dengan Swasembada berasnya disebabkan oleh faktor produksi beras yang menembus angka 25,8 ton dalam kurun satu tahun. Kebutuhan masyarakat akan beras bisa diatasi pemerintah secara mandiri. Hal ini tentu mempengaruhi harga kebutuhan pokok yang lain.

Bidang Kependudukan

Kependudukan juga masalah yang serius yang menjadi perhatian pada sebuah negara. Ledakan  penduduk bisa mengakibatkan ketimpangan ekonomi yang besar, krisis sosial dan semua aspek bidang kehidupan. Di Era Pak Harto rancangan tentang upaya pengendalian penduduk mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat sehingga tidak ada hambatan sedikitpun. Pak Harto menandatangani Pimpinan Dunia dalam Deklarasi Kependudukan pada tahun 1967. Komitmen yang tertuang dalam deklarasi tersebut adalah upaya untuk mengurangi jumlah laju penduduk. Pak Harto secara serius mewujudkan komitmen tersebut dengan membentuk sebuah lembaga yaitu LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian meningkat menjadi Dewan Koordinasi (BKKBN) langsung dibawah tanggungjawab Presiden. Bahkan program ini pun mendapat pengakuan dunia Internasional. Pak Harto mendapat Penghargaan bidang kependudukan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tahun 1989.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun