Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ingat Banyumas Ingat Kraca

7 Mei 2020   07:06 Diperbarui: 7 Mei 2020   07:03 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan untuk sebagian warga Banyumas terasa berbeda jika tidak menyantap makanan khas yang selalu dirindukan. Kraca atau keong sawah merupakan kudapan yang istimewa di tengah menikmati indahnya Ramadhan. Biasanya mudah menemukan pedagang yang berjualan, di wilayah Banyumas.

Banyak pengusaha kuliner khusus kraca yang sudah tersohor di berbagai pelosok negeri. Konon saat bulan ramadhan omset penjualan mereka bisa berkali-kali lipat dari hari biasanya. 

Penikmat kuliner memang beranggapan jika kraca ini adalah makanan khas saat memasuki bulan puasa. Meskipun ada banyak makanan khas lain dari kota Satria ini, kraca merupakan olahan yang unik dan berbeda.

Kraca biasanya dimasak dengan berbagai bumbu yang menggugah selera, semisal dimasak dengan santan dan kuah pedas.

Mengolah kraca tidak boleh sembarangan, perlu ketelatenan dan kesabaran tingkat tinggi. Bagaimana tidak kraca merupakan keong sawah yang termasuk pada kelompok hewan berlendir. Biasanya sebelum di masak kraca harus direndam dulu semalaman, kemudian ujung cangkang di pecah agar saat dimasak bagian daging dalamnya matang dan berbumbu. Setelah itu kraca harus dibersihkan dan dicuci berkali-kali agar bersih dan siap makan.

Makanan khas ini juga mengandungan gizi yang banyak.

Bersumber dari Positive Deviance Resource Centre kraca mengandung kandungan protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat.

Luar biasa bukan, alternatif sumber gizi ini patut dicoba.

Ada perdebatan yang sering ditemui, kraca itu merupakan jenis keong sawah yang kulit cangkangnya berwarna hitam. Berbeda dengan keong emas yang kekuningan. Tapi yang kita temui sekarang sudah banyak juga yang menggunakan keong emas sebagai bahan baku membuat masakan kraca.

Beberapa daerah juga sebenarnya sudah ada jenis masakan ini. Daerah Jawa Barat terkenal dengan sebutan Tutut, di sebagian wilayah Jawa Timur ada yang menyebutnya Kol, di Kalimantan di sebut Haliling. Bahkan jenis masakan ini sudah sangat diminati oleh pencinta kuliner luar negeri.

Menarik bukan untuk dicoba? Makanan jenis ini aman dan halal untuk di santap. Kapan waktu jika berkunjung ke Banyumas pas bulan Ramadhan jangan lupa untuk mempir mencicipi kuliner unik dan enak ini.

7 Mei 2020
Septi Ambar
Wong Banyumas yang sedang rindu kraca

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun