Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Eksistensi Remaja dalam Kasus Kriminal

9 Maret 2020   23:47 Diperbarui: 11 Maret 2020   14:40 3369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelecehan seksual. (sumber: Thinkstockphotos.com)

Belum sempat menghela nafas karena kabar kasus pembunuhan yang dilakukan seorang remaja di Jakarta, jagad sosmed kembali dihebohkan dengan beredarnya video pelecehan yang dilakukan kepada remaja. Ironisnya pelakunya pun remaja. 

Bahkan sebelum semua kasus besar ini terungkap, kejadian demi kejadian yang berkaitan dengan perilaku bullying juga tidak kalah heboh.

Saat ada anak yang dikabarkan merupakan ABK berjenis kelamin perempuan di-bully dikelas dengan sangat brutal oleh teman-temannya yang laki-laki. 

Kejadian tersebut yang pada akhirnya mendapat respon dari pimpinan daerah. Diberikan sanksi kepada seluruh civitas akademik sekolah tersebut. Mungkin saja jika kabar berita tersebut tidak ramai dan riuh di sosial media tidak akan terendus oleh masyarakat luas. 

Ditambah lagi dengan statmen sang kepala sekolah yang mengatakan bahwa perilaku anal-anak dalam video tersebut hanya iseng saja. Sontak hal tersebut membuat reaksi yang lebih dasyat dari warga masyarakat.

Hitungan hari masyarakat terkejut sekaligus terpukul, beredar kabar tentang kasus pembunuhan oleh remaja berusia 15 tahun dengan korban tetangga sendiri yang masih berumur 5 tahun. Sadis, Begitu komentar pertama saat membacanya. Yang membuat bergidik adalah pengakuan pelaku yang mengatakan bahwa tidak menyesal justru malah merasa puas. 

Sebagai orang awam tentu mengetahui hal tersebut langsung bisa menyimpulkan kalau pelaku adalah seorang psikopat. Setelah dilakukan investigasi pihak berwajib menemukan banyak bukti yang menggambarkan kondisi kejiwaan pelaku. Karya berupa gambar dan tulisan ditemukan.Coretan penuh dendam dan nestapa.

Selanjutnya video miris yang beredar, berisi tentang video pelecehan terhadap korban perempuan yang masih mengenakan baju seragam putih abu-abu. Dalam video tersebut terlihat pelaku lebih dari satu orang, pelaku laki-laki dan perempuan yamg juga masih ada yang memakai seragam.

Tak kalah sadis, korban yang diikat dan disumpal mulutnya dilecehkan dengan brutal. Seluruh bagian tubuhnya dieksploitasi oleh tangan-tangan pelaku. Kedua tangan korban dipegangi, sementara pelaku lainnya menggerayangi.

Ilustrasi kepedulian terhadap generasi berikutnya. (Dok. Pribadi)
Ilustrasi kepedulian terhadap generasi berikutnya. (Dok. Pribadi)
Geram, marah dan terpukul. Bertubi-tubi mendapatkan kabar kasus yang melibatkan anak dan remaja semakin hari semakin meningkat. Bukan hanya angka data saja, tetapi motif dan kenekadan para pelaku juga makin beragam.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dengan para remaja generasi sekarang ini? Kenapa mereka begitu mudah melakukan tindakan biadab diluar nalar anak seusia mereka.

Pasti ada yang salah dengan pola sosial masyarakat kita sekarang ini. Bukan hanya krisis keteladanan, tetapi juga krisis moral, adab dan etika.

Gempuran teknologi yang begitu massif menjadi jalan mulus perubahan tatanan masyarakat kita. Sekarang semakin banyak orang tua yang lalai dengan pola pengasuhan. 

Banyak diantara orang tua yang membebaskan anak untuk mengakses internet tanpa dibekali dengan pengetahuan yang cukup, peraturan yang mengikat dan hukuman yang tegas.

Padahal jika kita mau menyadari, pengaruh paling besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan anak, khususnya usia remaja adalah konsumsi informasi yang tanpa filter. Anak yang diberi kebebasan menggunakan gawai, akan dengan mudah mendapatkan informasi apapun di internet. Banyak sekali konten kekerasan, pornografi yang berseliweran di internet.

 Belum lagi, banyak aplikasi baru yang membuka jalinan pertemanan dengan siapapun tanpa tahu jelas latar belakangnya. Banyak akun anonim yang menyasar anak-anak remaja untuk dijadikan korban cyber bullying, penipuan, pelecehan dan tindakan buruk lainya.

Jangan sampai sebagai orang tua lengah dan membiarkan anak kita terpapar bebas pengaruh buruk dari hal-hal negatif dari internet. 

Lihat saja kasus demi kasus yang terjadi hampir semua mempunyai kesamaan yaitu mereka yang terlibat didalamnya adalah anak-anak bermasalah yang butuh perhatian dan kasih sayang. Anak-anak yang dibiarkan bebas mengakses internet tanpa batasan, tanpa bimbingan. Anak-anak yang kurang mendapatkan teladan baik dari lingkungan sekitar.

Untuk itu, ibu bapak semua orang tua Ayuk kita bersama bahu membahu menyelamatkan generasi kita dengan dimulai dari keluarga. Jadilah teladan yang baik untuk anak-anak. 

Jangan lelah untuk terus mengupgrade ilmu dan belajar menjadi orang tua yang terbuka terhadap beragam informasi. Untuk bekal mendidik generasi milineal. Sungguh berat tantangannya. Dan yang paling penting selalu berdoa memohon perlindungan yang maha kuasa.

Jogja tengah malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun