Mohon tunggu...
S. JIHAN SYAHFAUZIAH
S. JIHAN SYAHFAUZIAH Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Contributor http://kampusnews.com - http://kampus.co.id - http://getscholars.com II Traveler II Futures Yurist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Ilmu Mulai Tanpa Arah

8 Juli 2014   16:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:01 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salah menerapkan dan menciptakan aturan, orang tehnik tak bisa berkarya, ekonomi terseok-seok, politik semakin bringas, tak ada nilai-nilai budaya yang ideal berkembang di masyrakat, pendidikan hanya menjadi rutinitas, militer pun terancam, kesehatan tak bisa terlaksana dengan baik, ah jadi banyak oraang stres.

Permasalhannya adalah, ketika kita tengah berada di lingkaran setan. Dalam sistem civil law di negara kita, Undang-undang diciptakan oleh DPR yang merupakan wakil rakyat. Penerapan undang-undang sendiri, dimasukkan dalam peraturan pemerintah yang dibuat oleh eksekutif. Pasti ada campur tangan orang hukum dalam membentuk draft perauran tersebut. Namun, seidealis-idealisnya orang hukum jika eksekutif dan legislatif tak sependapat. Mau bagaimana? Akhirnya begitulah aturan yang dibuat.

Begitu juga dalam peerapan hukum sendiri. Iyaa... kalau undang-undangnya jelas. Atau ketika harus menghukum perusahaan besar yang bersalah karena memakan tanah milik rakyat kecil. Jika mempailitkan perusahaan berapa banyak kerugian yang dicapai negara. Orang hukum akhirnya pusing menentukan keputusan. Akhirnya mereka bilang orang miskin itu malas. Hallo... itu karena mereka belum punya akses. Kita juga tidak bisa memanjakan mereka. Hai... dimana pendidikan yang baik untuk merubah pola pikir mereka. Jika mereka masih sesederhana itu yang besar akan menindas. Apalagi jika yang besar serakah.

Ketika jepang maju dengan teknologinya, Amerika dengan militernya, Cina dengan perdaganganya, Indonesia maunya apa? Ketika di luar negri para peneliti di hargai tinggi sehingga menghasilkan karya-karya yang mampu membangun negara. Justru di Indonesia peneliti seakaan pekerjaan yang tak memiliki arti. Dibayar murah, bahkan tak ada dana untuk melakukan penelitian sendiri. Entah anggaran dimana. Jika peneliti dan pengajar mati, SDM pun mati. Mati dalam hal ini adalah pemikiran. Jika pemikiran mati, mau bagaimana bisa maju?

Dimulai dari SDM. Ketika yang masuk jajaran keilmuan di atas adalah SDM yang cerdas mungkin tapi tidak memiliki moral keilmuan yang jelas. Masuk menjadi penentu kebijakan dalam hal ini DPR akhirnya menghasilkan aturan-aturan yang tidak jelas. Yang membuat terciptanya SDM yang tidak jelas lagi. Hingga akhirnya yang masuk SDM tidak jelas lagi. Ah... saya pusing menjelaskan ini. Karena memang ini lingkaran setan.

Perlu keberanian untuk meng-cut semuanya.

Siapa yang berani terseok-seok siapa yang berani lapar. Siapa yang berani miskin? Jadi jangan marah kalau banyak ahli akhirnya lari keluar negri. Pemerintah berkoar-koar saatnya yang muda berenterpreneur. Hallo... ada anak tehnik pertanian yang siap mengembangkan pertanian negara. Tidakkah kalian memberikan ruang? Atau ada tenaga pendidik yang siap memberikan pendidikan di luar pulau bagaimana kalian memfasilitasi wahai penguasa?

Akhirnya, Hanya yang berani dan mampu menghayati moral keilmuan dan kebenaran yang berjuang meng-cut lingkaran setan ini.

Siapa diantara kalian?

Tak bisa memang jika hanya satu bidang ilmu saja yang maju. Sungguh indah jika sarjana-sarjana ini memiliki pemikiran yang sama tentang moral keilmuan mereka. Mereka menyadari bahwa kita tidak bisa berdiri sendiri. Dan orang hukum pun, butuh orang tehnik, politik, pendidik, ekonom, dll yang seidealis untuk memberikan ruang bagi mereka yang membutuhkan. Mengajarkan bagi mereka yang kekurangan. Dan mendorong untuk berbagi bagi mereka yang berlebihan.

Sungguh indah jika kita tahu arah ilmu kita dikaitakan dengan keilmuan lainnya. Kita bisa kerja sama. Namun, memang begitu mudah tulisan ini dituliskan tapi saya tahu begitu berat jika kita ingin melaksanakan.

Depok, 8 juli 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun