Erick Thohir bergabung dan menjadi Wakil Komisaris PT. Persib Bandung Bermartabat (PBB) sejak tahun 2009 dengan menjadi pemegang saham mayoritas tim Maung Bandung.Â
Pada zaman 2014 Persib mampu merengkuh gelar juara Liga Super Indonesia serta Erick mampu membantu mendatangkan pemain kelas dunia seperti Michael Essien dan Carlton Cole. Pada periodenya Erick membantu Persib dengan program pembinaan pemain mudanya dan pula bekerja sama dengan Inter Milan dalam hal kepelatihan.
Sedangkan, Tunku Ismail Idris  yang notabane sebagai miliuner muda dan Tunku Mahkota Johor menjadi pemilik klub Johor Darul Ta'zim yang mampu mengorbitkan tinggi sepakbola di ranah asia. Terbukti ketika JDT mampu menjadi klub pertama di Asia Tenggara yang mampu menjuarai Piala AFC.Â
TMJ mampu jor-joran dalam hal dana dalam membeli pemain dan membangun fasilitas klub. Menurut penulis saat ini Johor Darul Ta'zim is the most powerful tim in Southeast Asia.
Dapat langsung kita lihat dari betapa megahnya fasilitas yang dibangun seperti Stadion Sultan Ibrahim sampai Padang Seri Gelam Training Centre dan gelar 6 kali berturut turut yang disabet di Liga Malaysia. Ini menunjukan betapa passionate dan seriusnya TMJ dalam berbisnis di sepak bola .
Kedua orang ini dulunya sebelum terjun ke sepak bola sudah mempunyai moda bisnis di bidang lain yang terbilang sukses dan keduanya merupakan anak dari orang penting di negaranya masing-masing.Â
Mereka berhasil pada pengelolaan timnya masing-masing dan akhirnya mampu menaikkan reputasi atas nama mereka di bidang olahraga. Melalui terobosan-terobosannya kedua orang ini baik Erick dan TMJ naik citranya dan dikenal sebagai orang yang mampu menaikan derajat olahraga nasional.Â
Ini semua terbukti ketika Erick Thohir dipilih menjadi ketua Indonesia Asian Games Organizing Committee 2018 (INASGOC) dan TMJ menjadi ketua di Football Association Malaysia (FAM), Erick Thohir pun pernah digadang-gadang oleh masyarakat untuk menjadi Menpora dan Ketua PSSI.Â
Erick dan TMJ dapat dikatakan mereka mampu menjadi orang terkenal dan dikenang karena berjasa dari klubnya masing-masing. Baik Persib dan JDT merupakan tim yang besar di Indonesia dan Malaysia. Dengan menjadi petinggi di klub besar otomatis mereka mengantongi modal untuk menjadi sorotan di publik.Â
Kompromi politik  yang mereka lakukan antara pemerintahan dan klub membawa satu dukungan dan kemudahan akses untuk klub. Kompromi seperti yang dilakukan PT. PBB kepada Ridwan Kamil untuk memberikan stadion GBLA ke Persib dan TMJ yang memberikan proposal re-branding sepakbola Johor kepada Kerajaan Johor.
Relasi politik dengan pemerintah selalu akan terjadi karena di satu sisi pemerintah memiliki sumber daya dan kekuatan yang absolut yang mampu dimanfatkan klub untuk mendapatkan gelar juara dan citra yang lebih.Â