Mohon tunggu...
Raditya Andreas
Raditya Andreas Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menantu Usang

30 Juni 2017   10:52 Diperbarui: 30 Juni 2017   12:59 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Callista masih terdiam, air matanya luluh. Kubawa ia masuk dan kutemui juga ibunya yang sedang terbaring di sofa.

"Siapa itu, nak?" kata ibunya pelan.

"Menantu untuk ibu," jawab Callista tersenyum ke arahku.

"Syukurlah,"

Malam itu kami berbincang lama. Ternyata istilah menantu usang yang tersemat dipikiran kami memiliki pernyataan yang sepadan. Menantu, harapan setiap orang tua yang ingin anaknya beranjak dewasa untuk memulai kehidupan yang baru.

"Satu hal, mengapa kau dulu pergi dari Jakarta?" tanyaku pada Callista.

"Ada dua hal, pertama, kontrak kerjaku sudah habis di perusahaan itu dan kedua, sudah lama kita menjalin hubungan tanpa sebuah kepastian. Aku tidak mau menjadi menantu usang untuk ayahmu," jawabnya,"dan aku masih yakin kau tetap mencintaiku sekalipun aku mengenangkan sebuah kepergian,"

Aku mengulum senyum. Malam ini akan panjang, dan aku sudah menentukan seorang menantu yang tepat untuk ayahku sekarang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun