Mohon tunggu...
Seno Kristianto
Seno Kristianto Mohon Tunggu... Guru - Guru/SMP Van Lith Jakarta

Pendidik yg jg menikmati sosial, budaya, sejarah, dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila: Ideologi yang Humanis

5 Desember 2022   12:30 Diperbarui: 5 Desember 2022   13:00 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pancasila yang diperingati hari lahirnya setiap 1 Juni berdasarkan pidato Soekarno di sidang BPUPKI yang membahas tentang konsep dasar negara. Sebelum dibacakan dalam pidato di BPUPKI, Pancasila telah melalui proses permenungan panjang oleh Soekarno terutama ketika diasingkan ke Ende 1934 - 1938. Oleh karena itu, kota Ende selalu dikaitkan dengan Pancasila karena selama pengasingan, Sokarno menulis, membaca buku, dan merenung di dekat pohon sukun sambil menghadap ke pantai. 

Secara imajiner dapat dikatakan bahwa Soekarno merenung bukan sembarang merenung. Sokarno menikmati teduhnya di bawah pohon sukun, memandang ke laut, sambil melihat cakrawala merenung masa depan bangsanya. Buah renungannya itu kemudian ditulis dalam konsep dasar negara yaitu Pancasila. 

Di Ende itulah bisa dikatakan bahwa Pancasila mengalami humanisasi yaitu pemanusiawian dalam gagasan pada diri Soekarno. Ketika dalam gagasan, maka unsur-unsur manusia pasti tersirat dalam gagasan ideologi negara yang kemudian dikenal dengan Pancasila. 

Oleh karena itu konsep kesatu dalam usulan dasar negara adalah Kebangsaan Indonesia. Istilah kebangsaan adalah menyangkut manusia Indonesia yang menjadi rakyat Indonesia dan mendiami nusantara. Dan konsep bangsa sudah dirumuskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. 

Kebangsaan Indonesia menegaskan bahwa yang mendiami nusantara, apapun suku dan etnisnya maka bernama bangsa Indonesia. Soekarno mau menegaskan bahwa Kebangsaan Indonesia bertujuan untuk mempersatukan seluruh masyarakat di nusantara sekaligus untuk mengikis istilah Hindia Belanda yang berkonotasi nagatif karena identik dengan daerah jajahan. 

Konsep kedua adalah internasionalisme atau peri kemanusiaan. Peri kemanusiaan menegaskan pentingnya penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. 

Manusia itu ada karena ada yang mengatakan bahwa dia manusia. Sama artinya bahwa manusia selalu ada bersama manusia lain. Ketika manusia ada bersama manusia lain maka yang paling utama adalah bagaimana menghargai dan menghormati sesama manusia. 

Menghormati dan menghargai sesama manusia maka sama halnya menusia itu menghargai dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya. Maka Soekarno punya harapan besar bahwa bangsa Indonesia nantinya saling menghargai dan menghormati sesama manusia. Ketika penghargaan dan penghormatan sesama manusia terwujud maka disitulah bentuk kesejatian diri manusia.

Konsep ketiga adalah mufakat atau demokrasi. Mufakat atau demokrasi secara sederhana adalah bentuk komunikasi antarmanusia. Manusia pasti berkomunikasi dengan manusia lain karena itulah bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial bisa terwujud ketika ada 2 individu atau lebih, berkomunikasi, dan tujuan atau hasil dari komunikasi itu. 

Jika dikaitkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara maka Soekarno mengutamakan komunikasi untuk membawa bangsa Indonesia pada kemajuan di segala bidang termasuk untuk kemajuan manusia seutuhnya. Komunikasi berbangsa dan bernegara diwujudkan dengan mufakat atau demokrasi. Inti dari mufakat atau demokrasi adalah komunikasi untuk mengelola bangsa dan negara nantinya menuju pada kebaikan bersama. 

Konsep keempat adalah Kesejahteraan sosial, yaitu muara dari tujuan hidup manusia. Setelah merdeka maka bangsa Indonesia mengakui harkat dan martabat manusia yang kemudian diwujudnyatakan dalam komunikasi melalui mufakat dan demokrasi sehingga tercapai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial yang dicita-citakan akan diwujudkan untuk seluruh wilayah nusantara. Keempat konsep dasar negara tersebut menegaskan kembali adanya unsur-unsur humanis yang tersurat dan tersirat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun