Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Teduh : Jeda Bermakna di Tengah Riuhnya Dunia

7 Mei 2025   06:00 Diperbarui: 6 Mei 2025   20:45 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Saat Teduh (Sumber : Gemini) 

Di tengah gemuruh aktivitas sehari-hari, di mana notifikasi ponsel tak pernah berhenti berdering dan tuntutan pekerjaan seolah tak berujung, seringkali kita merasa kehilangan arah dan kedamaian. Dalam pusaran kesibukan ini, ada satu praktik sederhana namun mendalam yang seringkali terabaikan: saat teduh bersama Tuhan.

Bagi sebagian orang, saat teduh mungkin terdengar klise atau bahkan membosankan. Namun, esensinya jauh melampaui sekadar ritual keagamaan. Saat teduh adalah sebuah undangan untuk menarik diri sejenak dari kebisingan dunia luar dan masuk ke dalam keheningan batin, di mana kita dapat menjalin relasi yang lebih intim dengan Sang Pencipta.

Mengapa saat teduh itu penting?

Pertama, ia adalah waktu untuk mendengarkan. Dalam kesibukan kita, suara Tuhan seringkali tertutup oleh riuhnya pikiran dan tekanan eksternal. Saat teduh memberikan ruang bagi kita untuk sungguh-sungguh mendengarkan, baik melalui pembacaan kitab suci, renungan, maupun keheningan yang memungkinkan Roh Kudus berbicara dalam hati kita. Di sanalah kita dapat menemukan hikmat, arahan, dan jawaban atas pergumulan hidup.

Teladan dari Sang Guru dan Para Utusan-Nya: Kita dapat melihat teladan yang jelas dari Tuhan Yesus sendiri. Dalam Injil, seringkali diceritakan bagaimana Yesus menyempatkan diri untuk menyendiri dan berdoa. Markus 1:35 mencatat, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di 1 sana." Tindakan ini menunjukkan prioritas Yesus untuk bersekutu dengan Bapa-Nya, bahkan di tengah pelayanan-Nya yang padat.

Para nabi dalam Perjanjian Lama juga menunjukkan dedikasi yang sama. Musa naik ke Gunung Sinai untuk bertemu dengan Tuhan (Keluaran 19-20), dan melalui perjumpaan itu, ia menerima petunjuk dan hukum-hukum Allah bagi bangsa Israel. Daniel, di tengah kesibukannya sebagai pejabat kerajaan, tetap setia pada waktu-waktu doanya (Daniel 6:10).

Demikian pula para rasul. Setelah kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus, mereka mendedikasikan diri untuk berdoa dan melayani Firman (Kisah Para Rasul 6:4). Waktu-waktu khusus bersama Tuhan menjadi sumber kekuatan dan hikmat bagi mereka dalam memberitakan Injil dan menghadapi berbagai tantangan.

Kedua, saat teduh adalah momen untuk membangun koneksi yang lebih dalam. Sama seperti hubungan antar manusia yang membutuhkan waktu dan perhatian untuk bertumbuh, demikian pula hubungan kita dengan Tuhan. Saat teduh adalah waktu yang kita dedikasikan secara khusus untuk bersekutu dengan-Nya melalui doa, pujian, dan perenungan. Ini adalah saat di mana kita merasakan kehadiran-Nya, menguatkan iman, dan menerima kasih karunia-Nya.

Ketiga, saat teduh memberikan perspektif yang benar. Ketika kita terhanyut dalam rutinitas, mudah bagi kita untuk kehilangan perspektif yang lebih besar tentang tujuan hidup dan nilai-nilai yang sejati. Saat teduh membantu kita untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, mengingatkan kita akan prioritas yang abadi dan memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan dengan lebih bijaksana.

Keempat, saat teduh adalah sumber kekuatan dan penyegaran. Dunia ini seringkali menguras energi fisik, mental, dan spiritual kita. Saat teduh adalah waktu untuk "mengisi ulang baterai" rohani kita. Dalam hadirat Tuhan, kita menemukan kedamaian, penghiburan, dan kekuatan baru untuk menjalani hari-hari ke depan. Firman Tuhan menjadi pelita bagi langkah kita, dan doa menjadi napas kehidupan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun