Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paul Zhang Kurang Berhikmat, Indonesia Kurang Adil?

1 Mei 2021   14:44 Diperbarui: 1 Mei 2021   14:53 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini  Idonesia lagi  heboh mendengarkan seseorang yang bernama Joseph Paul Zhang. Dia mengaku sebagai nabi yang ke-26, dan juga dia mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang dianggap sebagai penghinaan terhadap teman-teman muslim.

Pada waktu saya melihat video-video Paul Zhang, maka saya merasa dia adalah seorang yang mencintai Tuhan, hal itu dinyatakannya bahwa dia adalah seorang yang sudah melayani Tuhan sejak masa muda dan juga telah membawa atau membaptis banyak orang kepada Kristus.

Tetapi sayang bagi saya,  Paul Shang kurang berhikmat atau hanya mengikuti emosinya berkenaan dengan pernyataannya terhadap teman-teman muslim dan itu sangat berbahaya bagi dirinya, keluarganya dan bisa jadi punya dampak bagi kekristenan di Indonesia.

Paul zhang dengan sengaja mengatakan bahwa dia adalah nabi yang ke 26, untuk meluruskan ajaran yang sesat dari nabi ke-25. Padahal kita tahu jabatan nabi itu sudah selesai walaupun fungsi kenabian itu terus di lakukan oleh orang-orang percaya, tetapi mengapa ia dengan sengaja memilih angka 26 dan harus meluruskan ajaran yang sesat dari nabi ke-25. Berarti motivasi dia lebih kepada merendahkan ajaran nabi Muhammad atau agama lain, dari pada  menumbuhkan iman dari pada orang Kristen.

Kalau dia ingin menumbuhkan iman, ingin menunjukan ajarannya yang lebih baik maka ia akan memilih kata-kata yang lebih tepat bukan mengejek agama lain

Bagitu pula pada waktu ia mengatakan nabi Muhammad adalah nabi yang cabul, maka yang jadi penekanan di sini adalah penghinaannya, dari pada membangun iman, karena dengan sengaja mengelurkan kata-kata untuk menghina atau merendahkan seseorang.

Paul Zhang tentu sudah belajar akan toleransi, dalam toleransi kita bisa menyatakan kebenaran tetapi tetap menghargai umat yang lain, oleh karena itu seharusnya dia tidak mengikuti emosinya tetapi mengunakan hikmat yang Tuhan pakai untuk memilih kata-kata yang tepat.

Karena saat ini kita hidup dalam kemajemukan, tetapi bukan berarti kita tidak boleh bermisi, tidak boleh berdakwa, kita tetap bisa melakukan hal itu dengan tetap menghargai umat yang lain bukan menghina mereka.

Memang memikul salib, pengorbanan adalah sesuatu yang harus siap di hadapi oleh para pelayan Tuhan, tetapi hikmat Tuhan juga di pakai, bukan membuang hikmat dengan mencari masalah dengan umat lain

Menghina dan menjelekan umat lain itu lebih untuk  mencari masalah dari pada membangun ajaran yang dianggap lebih benar.

Tetapi sayang juga Indonesia sepertinya tidak adil, orang seprti Paul Zhang begitu cepat menjadi tersangka kasus penodaaan agama padahal begitu banyak ustad dan pendakwa muslim yang seenaknya menghina dan merendahkan kekristenan dan agama yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun