Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa Kau Rana?

31 Mei 2020   13:26 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:30 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya salju mulai turun sedikit-sedikit kalau aku paksakan duduk di teras wahhh bisa mati kedinginan. Masuk ke dalam hangat menyapa wajah. Lemari penuh buku terpajang rapi. Meja-meja panjang yang terbuat dari kayu mendominasi keseluruhan ruangan. Tanganku menjangkau lemari terdekat, banyak buku-buku cerita di lemari itu yang tentunya berbahasa Jepang. Rupanya sang pemilik ingin mendekatkan pengunjung anak-anak dengan bacaan.

Samar-samar kudengar beberapa orang mengobrol dengan bahasa Indonesia, ternyata bukan hanya kami turis Indonesia disini beberapa juga datang dari berbagai negara. 

Nara menyapa mereka dengan bahasa Indonesia yang fasih yang disambut gelak tawa dan berujung pada foto bersama dan pastinya aku yang menjadi juru foto. 

Masih berlanjut dengan salah satu pria yang aku tahu dari tadi melirik Rana terus meminta no telepon Rana, yang dijawab Rana untuk melihat media sosialnya saja. Muslihat yang jitu yang pasti mereka tak menyangka sedang berhadapan dengan salah satu artis Indonesia.

 "Ayo kita berfoto disini" ajak Nara menarik tanganku juga Rana menuju sebuah tembok dibawah patung digital berbentuk Tokyo tower. Mataku menikmati ekspresi wajah Nara yang terlihat di dalam camera, kalau ia  Naraku, benar-benar tumbuh menjadi wanita yang cantik. Rasanya kok ada desir berbeda di hatiku. Ya, ampunnn Lyan belum selesai urusan hati dengan Nala kemudian kamu ikuti Rana, sekarang kamu memicingkan mata pada Nara.

 "Tulis nama kamu disini," kata Nara sambil memberikan sebuah kertas origami yang tebal berwarna biru dan spidol. Aku terdiam tak mengerti apa maksud Nara.

"Tulis namaku?" tanyaku polos karena kupikir kertas itu buat hiasan saja.

 "Iya, mulai hari ini kita adalah tiga orang sahabat ya,"  Rana menjelaskan padaku tanpa meminta pendapatku apakah aku setuju untuk menjalin persahabatan dengan Nara. Gadis ini kulihat tertunduk malu.

Aku lihat Nara menatapku dan Rana dengan senyum kecil. Rana menyerahkan spidolnya padaku. Aku pun menuliskan namaku dengan sedikit ukiran yang membuatnya terlihat indah. Rana dan Nara langsung menempelkan kertas origami itu ke tembok yang memang disiapkan pemilik restoran untuk semua orang yang singgah di restorannya. 

Kulihat banyak komentar-komentar lucu tertulis di kertas. Ada yang rindu opanya, ada yang ingin minum es di atas salju, da nada yang ingin makan semur jengkol, kalau ini pastinya orang Indonesia. Aku sendiri tak mengerti jalan pikiran Rana, sahabat? Apa itu yang aku inginkan? Apa itu juga yang Rana inginkan? Atau Nara yang baru saja aku kenal.

"Yuk waktunya makan siang" kedua gadis itu menghampiriku dengan senyum manisnya. "Pesan apapun yang kalian mau kecuali udang,"kataku sambil melihat menu yang ditulis dalam bahasa Jepang semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun