Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Misteri Rana

29 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 29 Mei 2020   22:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku gak mau mengorbankan perasaanku lagi,  tabungan kita sudah cukup. Kamu nikahi aku dan saat itulah aku yakin kamu gak akan macam-macam karna kamu sudah jadi milik aku seutuhnya," jelasnya atau bahkan suara Nala terdengar di telingaku seperti suara gaung yang merobek gendang telingaku. Semua alasan Nala memang benar. Dulu aku belum berani menikahinya karena tabunganku masih kurang. Sekarang tabunganku sudah banyak. Sebuah apartemen sudah aku beli tapi mengapa aku malah menjauh dari rencana ku semula.

"Tapi aku tidak bisa sekarang," aku tahu jawabanku itu salah karena kulihat wajah Nala memerah aku tahu ia menahan amarah yang bisa saja ia luapkan. Namun hanya itu yang bisa aku ucapkan.

"Oke kalau begitu, kita putus, " ucap Nala menohok jantungku bagaimanapun Nala sudah mengisi hari-hariku selama ini. Nala mengambil tas dan meninggalkanku sendiri mematung  tanpa kuasa berbuat apa-apa karena keputusan Nala tadi. Aku benar-benar tak berusaha menahan kepergiannya. Aku sudah tak kuasa berpikir jernih. Aku hanya berharap Nala bercanda dengan semua perkataannya. Aku berdiri mematung meyaksikan kepergian Nala. Hatiku bahkan hampa da nada rasa yang tak biasa. Apakah aku senang karena tak lagi bersama Nala atau aku sudah mulai tidak waras membiarkan wanita sebaik Nala pergi.

Dering gawai membuyarkan semua lamunanku, telepon dari Bang Joyko tanpa pikir panjang akupun langsung mengangkatnya berharap berita baik yang diberikannya yaitu tidak mengijinkanku dan Rana untuk cuti. Kalau pembatalan dari Bang Joy paling tidak aku tak membuat hati Rana sedih karena bukan kesalahanku tidak bisa cuti. Ahhhh memang aku ini egois sekali. Satu sisi aku ingin pergi di sisi lain aku harus menuntaskan urusanku dengan Nala.

"Halo Lyan" sapa Bang Joyko di seberang telepon.

"Iya Bang, ada apa?" tanyaku masih harap-harap cemas.

"Saya dan tim sudah berdiskusi tentang permintaan kalian yang mau cuti liburan" ucapnya terputus. Hening sejenak sepertinya Bang Joy sengaja memancingku.

"Iya Mas, terus hasilnya gimana?" aku pun mulai penasaran.

"Kami mengijinkannya dengan pertimbangan kalian memang perlu refresing, tapi hanya sepuluh hari. Semua sudah kami urus kalian bisa pergi besok pesawat jam sembilan pagi,"  Bang Joy berkata pelan namun menghantam keras di dadaku. Aku terdiam merasa senang sekaligus kecewa.  Namun perasaan senang mengalahkan rasa kecewa yang entah sudah hilang menguap terbawa angin yang memang berpihak pada Rana. Entah apa yang kulakukan ini benar atau salah bahkan sebagian diriku pun tidak tahu. Aku melakukan lompatan besar untuk cinta yang kuperjuangkan sekian lama bersama Nala untuk seorang yang baru aku kenal.

"Halo Lyan, kamu mendengarkan akukan?" tanya bang Joyko, ternyata dari tadi aku diam saja di ujung telepon.

"Eh iya Bang, makasih, yah nanti saya langsung hubungin Rana," jawabku begitu lancar dan mantap bahkan suaraku terdengar riang seperti anak-anak dijanjikan mainan baru. Padahal ada juga rasa sesak merasuki dada ini, manakala harus mengingat hubunganku dengan Nala yang memburuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun