Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Misteri Rana

29 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 29 Mei 2020   22:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Makasih" jawabku selesai Rana menuangkan jus.

"Kita sudah melakukan perjalanan panjang, saatnya istirahat besok akan menjadi hari pertama kita untuk mengeksplore ibaraki kota kecil di mana masa kecilku terpenggal di sini." kata Rana menghabiskan jus dan berjalan ke kamarnya dan mencium pipiku. Aku terpana dengan sentuhan kecil Rana dan memandangnya hingga Rana memasuki kamar hingga punggungnya menghilang. Aku berjalan menuju ruang tv dan mengeluarkan foto dalam dompetku.

"Ibu, aku sampai di Jepang dengan selamat, tidakkah ibu senang mendengarnya? Aku harap aku disini bersama Ibu, Ayah, dan Nara. Hari ini turun salju Ra, di depan rumah ada setumpuk salju yang pasti jadi tempat yang asyik buat kita main boneka salju. Kamu dimana Ra, entah kenapa abang merasa kamu masih hidup dan berada di sekitar kakak saat ini? Maafkan abang kali ini tidak bisa selangkah di depan kamu, apa kamu diganggu orang jahat, apa kamu baik-baik saja abang gak tahu. Abang hanya berharap supaya kamu selalu dikeliling malaikat." Aku berbicara sendiri sambil memandangi foto keluarga kami yang masih tersisa. Aku tersenyum sedih melihat senyum mungil gadis berkuncir kuda yang ada di foto itu. Wajah ayah dan ibu masih teringat jelas di kenanganku, semua cerita sebelum tidurnya dan nasihat ayah yang mengharuskanku kuat dan pintar agar bisa menjaga Nara. Nara gadis kecil yang disayangi semua orang termasuk para ibu-ibu yang suka berkebun, di perkebunan teh dekat rumah kami  di Lembang pun sangat menyayangi Nara walau mereka harus terus menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nara. aku mengenang itu semua sampai tak sadar sudah tertidur di sofa yang hangat di ruang depan.

Sinar matahari pagi bersinar terang menusuk mataku lewat jendela yang berada tepat di depan sofa tempat aku tertidur tadi malam. Aku mengerjapkan mata dan sudah tersedia sepiring roti dan segelas susu coklat panas di meja tamu depan sofa.

"Ohayo Gozaimashu, Lyan san." sapa Rana dengan bahasa Jepang." Lyan kenapa tidur di sofa?" Rana bertanya dengan heran padaku yang berusaha bangun untuk duduk. Aku tersenyum dan menoleh ke jendela yang tirainya sudah terbuka. Terlihat pucuk dedaunan di pohon depan rumah yang dipenuhi salju.

"Ohayo Gozaimashu Rana san, terima kasih atas sarapannya." balasku dengan bahasa Jepang juga. Aku bangkit menuju kamar dan membersihkan wajah dan menggosok gigiku di wastafel yang ada di kamar sebelum menyantap sarapan pagi yang disudah disiapkan.

"Kamu lelah sekali yah Lyan sampai tak sadar sudah tertidur di sofa?" Rana masih bertanya ketika aku kembali ke ruang tamu. Kali ini aku jentik hidungnya dengan lembut dan beranjak ke jendela menatap kosong ke jendela yang belum tampak matahari utuh. "Ih Lyan ditanya malah bengong gitu,kenapa sih?" Rana mendatangiku dan menarik tanganku untuk duduk.

"Apa yah yang membuatku tertidur," kali ini aku ingin menggoda Rana."Mungkin aku terlalu lelah selama perjalanan harus dipegang terus sama gadis yang takut naik pesawat." Aku lihat rona wajah Rana yang memerah dan mencubit pinggangku dengan gemas.

 Ting nong.... Bunyi bel pintu. Pak Bambang dengan sigap membukakan pintu dan mempersilakan tamu yang datang pagi itu untuk masuk. Seorang gadis, bisa kutebak pasti itu teman yang diceritakan Rana semalam. Aku tidak menyangka teman Rana akan datang sepagi ini. Aku masih fokus dengan sarapanku tanpa memperdulikan penampilanku yang sudah kusam pagi ini. Aku belum mandi dan penampilanku masih seperti kemarin dengan pakaian yang aku kenakan dari Jakarta.

"Nara san!" teriak Rana histeris memanggil nama temannya itu. Kontan saja panggilan Rana pada temannya itu sukses membuatku tersedak hampir mati. Nama itu, nama yang baru saja kukenang wajahnya semalaman hingga aku harus tertidur di sofa. Apa dia Naraku? Rana bilang temannya itu baru pindah ke Jepang sepuluh tahun yang lalu tapi kecelakaan itu? Jadi apa tidak pernah ditemukan mayatnya Nara itu karena dia sudah ada di Jepang, tapi bagaimana bisa. Aku langsung lari ke depan pintu tanpa memperhatikan penampilan yang benar-benar berantakan. Aku spontan memperhatikan wajah gadis yang berdiri dengan wajah bingung dan aneh menatapku. Gadis itu tertegun , seolah ingin bertanya kenapa ada makhluk lain yang tinggal dengan Rana.

"Oh iya, ini temanku dari Indonesia namanya Lyan. Lyan ini teman yang aku ceritakan semalam." Rana memperkenalkan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun