Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Misteri Rana

29 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 29 Mei 2020   22:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BUNGA JIWA

 Sudah dua minggu aku dan Rana memandu acara wisata kuliner. Acara kami sudah ditayangkan dan benar dugaan pak Dirga kalau kami akan mendapat rating yang bagus. Wajah kami sudah dikenal publik sebagai pasangan yang menginspirasi. Seiring rating yang semakin bagus, kamipun kerap ditawari bermain film dan beberapa produk yang memasang kami sebagai model.

Beberapa stasiun tv malah menawari menjadi host acaranya. Kesibukanku semakin bertambah selain syuting wisata kuliner , syuting film, juga menjadi model iklan. Tabunganku sudah cukup, tapi aku masih tetap menjalani syuting.

Kali ini motivasiku bukan menambah pundi-pundi tapi karena aku ingin membuka tabir siapa sebenarnya Rana. Aku masih yakin kalau Rana hadir bukan karena kebetulan tapi tangan Tuhan juga yang mengaturnya.

"Kamu belum punya pacar?" tanyaku kepada Rana yang tengah asyik dengan script untuk iklan kami.

"Punya, tapi dia sedang di Jepang." jawabnya tanpa melepas pandangannya dari script. Hari itu syuting iklan produk makanan sehat di sebuah mall terkemuka di Bogor. Hari itu tak banyak yang diambil adegan di mall itu.  Di tengah obrolan tentang cinta Rana, datang seorang laki-laki  remaja kira-kira berusia lima belas tahun dengan secarik kertas dan pulpen.

"Maaf kak, boleh minta tanda tangannya? Adikku sangat menyukai kalian." Katanya dengan wajah penuh harap mengangsurkan secarik kertas dari sebuah kertas memo rumah sakit.

"Tentu boleh dong, adik kamu dimana?" Tanya Rana sambil menggoreskan tanda tangannya di memo tersebut. Tak lupa aku pun ikut juga menorehkan tanda tanganku tanpa diminta.

"Sebulan yang lalu keluarga kami kecelakaan dan orang tua kami meninggal. Adikku harus dirawat di rumah sakit dan ia hanya terlihat bersemangat saat menonton acara kalian. Seorang perawat melihat kalian syuting di sini, maka aku langsung menuju kesini berharap tanda tangan kalian, adikku pasto senang. " katanya panjang lebar.

Cerita lelaki ini sama persis dengan kisahku, hanya berbedanya karena ia lebih beruntung masih bisa bersama adiknya.  Kulihat Rana menyeka air matanya, mungkin cerita itu sangat menyentuh hatinya.

"Rumah sakit adik kamu di mana? Boleh  kami menjenguknya selepas syuting?" ucap Rana tiba-tiba membuat lelaki itu kaget begitupun aku tak mengira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun