Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Bunga Sakura Tak Berputik

28 Mei 2020   12:48 Diperbarui: 28 Mei 2020   12:39 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


NALA DUA  BUNGA HATI

"Aku harus ambil kerjaan ini sayang, demi biaya pernikahan kita." ucapku kepada Nala, kekasihku yang selalu mengisi hari-hariku. Wajah cantiknya seketika memias. Rona gusar terpancar dari wajahnya. Aku selalu tak akan pernah tega membiarkan wajah Nala mendung.

Kami sudah menjalin hubungan selama lima tahun, aku berniat melamarnya karena melihat umur jalinan cinta kami yang sudah lama dan aku ingin segera memiliki keluarga sendiri, aku sangat mencintai Nala. Setelah kehilangan Nara adik perempuanku 15 tahun lalu akibat kecelakaan pesawat saat hendak mengunjungi nenek kami di kota kecil di dekat Tokyo Japan Hachioji Minamoto.

Aku tidak pernah merasakan begitu menyayangi seseorang seperti aku menyayangi adikku. Aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayang untuk kedua kalinya. Kedua orang tuaku meninggal saat kecelakaan. Ayahku ditemukan jasadnya dua hari setelah kejadian dan Ibuku ditemukan telah membusuk di dekat pantai  perairan Malaysia seminggu setelah kecelakaan sedangkan adikku Nara selama 15 tahun ini tidak pernah ada kabar dari jasadnya. Aku selalu berharap ia masih hidup karena kejadian yang telah lama itu tim SAR pun menghentikan pencarian.

Aku bertahan hidup dengan asuransi yang aku terima dari maskapai penerbangan.  Uang sekolah dan biaya hidup selama ini dari uang asuransi yang aku depositokan. Ayahku tak mempunyai uang pensiun karena selama ini ayah bekerja di perusahaan swasta yang pastinya tak ada uang pensiun untuk membekaliku hidup.

Rumah besar di Lembang terpaksa aku tinggalkan ketika aku SMA dan aku mengontrak di Jakarta untuk memudahkan aku casting dan syuting. Rumah Lembang aku serahkan pada Mbok Jum dan suaminya Mas Aji. Pelayan rumah yang selalu setia. Aku membolehkannya tinggal di sana. Sebulan sekali anak-anak dan cucu Mbok Jum mengunjungi Mbok Jum atau Mbok Jum pulang ke kampungnya di Solo.

Tiga tahun yang lalu kata Mbok Jum suaminya meninggal dunia jadilah Mbok Jum tinggal di rumah itu sendirian. Kadang-kadang anak-anaknya yang sudah menikah dan tinggal di luar Bandung mengunjunginya. Aku sendiri hanya menelepon dan mengirim uang untuk Mbok Jum setiap bulan. Banyak kenangan indah di rumah itu, sehingga aku tak sanggup tinggal di rumah itu. Kenangan yang membuatku tak berhenti bersedih dan terus menangis di setiap sudut rumah Lembang. Aku berpesan pada Mbok Jum untuk merawat rumah itu dengan baik.

"Tapi kan kamu bisa ambil di stasiun tv lain yang tema acaranya tidak harus berpasangan dengan wanita lain harus romantis pula," terdengar sekali suara Nala yang berat dan wajah kecewa. Pacarku ini memang sangat cemburu. Tidak seperti laki-laki lain yang tidak suka tipe pacar seperti ini aku justru sangat menjaganya agar ia tidak pergi dariku. Semakin Nala cemburu semakin aku yakin akan cinta Nala.

"Aku janji ga akan seromantis aku sama kamu saat bersama dia. Kamu percaya aku yah? Bayarannya lumayan sayang sepuluh episode saja kita sudah bisa membeli rumah." Aku meyakini Nala yang terlihat masih cemberut dan memalingkan wajah ke sofa di dekatnya. Aku  cium kening dan memegang pipinya dengan lembut. Kutatap mata Nala untuk memberi keyakinan akan kesiapanku ini.

"Aku percaya kamu, kamu semangat ya kerjanya." Nala berucap lirih terlihat pasrah menerima. Senyumnya yang sangatku suka itulah yang membuatku jatuh cinta pada Nala si bunga hatiku. Senyum sabar dan hangat yang selalu menenangkan hatiku. Aku memeluknya merasakan detak jantungnya di dadaku sebelum pamit pergi ke I-tv tempatku bekerja.

Aku baru saja diterima menjadi host di sebuah program acara baru. Acara ini travelling dan kuliner romantis dengan seorang wanita yang belum pernah aku temui sebelumnya karena baru hari ini kami akan di briffing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun