Mohon tunggu...
Nazhori Author
Nazhori Author Mohon Tunggu... lainnya -

Senggang Blog : seorang yang ingin bersahabat dan berbagi tentang apapun, dan dengan siapapun. Selama ini kita menganggap ide-ide yang ada dalam benak kita sebagai tidak real. Sesungguhnya, ide-ide itu sama realnya seperti objek-objek fisik yang ada di luar pikiran manusia (Peripatetik Quotes). Karena itu mari menulis tentang yang ada di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pancasila, Mengungkap Siapa Jati Diri Sosial Kita?

2 November 2018   16:06 Diperbarui: 2 November 2018   19:11 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS/TOTO SIHONO)

Yang namanya peyangga maka keberadaannya harus kokoh. Tidak boleh tidak. Ketika kita bangun rumah pun, bahan materi penyangganya terdiri dari sesuatu yang kuat dan dapat disusun sehingga bisa menguatkan sisi-sisi lainnya dalam menuntaskan bentuk rumah yang sempurna dan diinginkan.

Demikian kita menyebutnya pilar. Sebagian menyebutnya tiang, pondasi, dan pijakan (milestones). Kata tiang bisa dilekatkan dengan sesuatu apapun. Dalam agama misalnya, keimanan adalah pondasi utama. Tanpa pondasi bangunan pasti runtuh.

Sama halnya dengan agama, agama tanpa akal ibarat berjalan tanpa kaki. Anda bisa tersandung, terpeleset, jatuh, atau menabrak sesuatu meski kekuatan pancaindera ada dalam diri manusia.

Berbicara pilar, saya teringat dengan Pancasila. Sebuah dasar pijakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dianggap sebagai konsep final, karena ada sebab awal dan sebab tujuannya. Ibarat payung, ia tempat berteduh dan berlindung dari setiap macam ideologi yang datang dari luar atau dari dalam.

Tapi mengapa keberadaanya masih bisa mendapat ancaman. Padahal watak Pancasila sudah jelas mengakomodir setiap keragaman yang ada. Karena keragaman itu ada di sekitar kita maka niscaya. Tak mungkin kita menolaknya, karena ada sesuatu di luar kita yang berbeda itulah keragaman.

Bahkan MPR/DPR RI pun dengan perannya sering melakukan sosialisasi empat pilar, antara lain Pancasila, UUD 19145, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Sosialisasinya itu, sampai ke daerah-daerah yang ada di Indonesia. Artinya, setiap orang perlu mengetahui dan mengenal pilar-pilar tersebut.

Di Klaten, misalnya, seorang anggota DPR RI melakukan sosialisasi empat pilar itu. Menurutnya kita harus selalu menyosialisasikan empat pilar itu agar keutuhan NKRI terjaga.  

Sebagai warga negara Indonesia, kata Abidin Fikri, kita harus bersyukur, masih ada Pancasila sebagai dasar negara. Dengan Pancasila, itu Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan dapat hidup bersama dalam bingkai NKRI.

Nilai signifikannya adalah memperkuat ketahanan nasional. Dalam penilaiannya Abidin mengungkapkan, akhir-akhir ini banyak ideologi di luar Pancasila masuk untuk melemahkan dasar negara.

Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Pandangan serupa diutarakan Direktur Eksekutif al-Wasath Institute, Faozan Amar, menurutnya sekalipun Pancasila telah disepakati dan final menjadi dasar negara, pada kenyataannya masih ada yang menentangnya, baik karena alasan teologis, historis maupun praktis.

Karena itu, nilai penting Pancasila harus terus dilakukan, agar dipahami dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun