Mohon tunggu...
Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia Mohon Tunggu... Editor - Hidup Bermanfaat itu Indah

Menulis adalah pengejawantahan eksistensi diri. Aku menulis maka aku hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Cerdik dari Nabi Sulaiman A.S

15 Juli 2019   18:27 Diperbarui: 15 Juli 2019   18:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerdasan Nabi Sulaiman a.s / islamaktual.com

Suatu hari Nabi Sulaiman a.s. mendapat laporan dari salah seorang rakyatnya bahwa dia kemalingan seekor angsa. Mendapat laporan itu, Nabi Sulaiman a.s. memanggil semua rakyatnya untuk shalat berjamaah. Selesai shalat, Nabi Sulaiman berpidato:
"Dan seseorang di antara kalian ada yang mencuri angsa milik tetangganya lalu masuk ke masjid, sedang bulu angsa itu masih ada di kepalanya."

Setelah melontarkan ucapan itu, Nabi Sulaiman a.s. melihat salah seorang jamaah meraba kepalanya.

"Nah! Itu pencurinya. Tangkap dia!" perintah Nabi Sulaiman a.s. [ad-Damiri, "Hayah al-Hayawan al-Kubra", I/103].

Tiba-tiba terlintas beberapa poin setelah menyimak cerita di atas.

Pertama, ketahui kepada siapa kau adukan keluhanmu. Sebagian menyelesaikan masalahmu, sebagian justru menambah masalah.

Kedua, beda sekali antara keluhan dan keluh kesah. Bila kau bersama seorang yang mampu memberi solusi dan kau keluhkan masalahmu kepadanya, hal itu dianjurkan. Seperti kau ceritakan sakitmu kepada seorang dokter, itulah keluhan. Tapi bila kau ceritakan kepada orang-orang yang tak punya urusan dengan sakitmu maka kau sedang berkeluh kesah.  Dia yang banyak ngomongin sakitnya, mumetnya, bokeknya ke orang-orang, seakan dia mengeluhkan Tuhan kepada para hamba-Nya.

Ketiga, kadang kita perlu cerdik dalam mengurai suatu persoalan. Ini penting selama untuk mengungkap yang benar dan menyibak yang salah. Kalau untuk menutupi kebenaran, itu bukan cerdik melainkan licik, meski kita kerap menamainya cerdas, pandai, lihai atau apapun namanya.

Keempat, sang pembuat salah itu sejatinya resah-gelisah atau risau-galau. Seorang koruptor khawatir kena otete, pembunuh berjaga-jaga kapan dia terungkap, pengkhianat cemas kapan akan ketahuan, pemerkosa resah akan kehamilan wanitanya.

Konon, galau itu menggerogoti manusia seperti tikus menggerogoti sepotong kain tenun. Ia memakannya pelan-pelan. Dan, tak ada yang lebih indah dari hati yang tenang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun