Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah tentang Ular Sawa

24 Maret 2021   18:17 Diperbarui: 24 Maret 2021   18:32 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Terima kasih, Ki. Saya berusaha menjalankan petunjukmu," kata Sula sambil berbalik pergi.

            Ki Sidarmaya melambaikan tangan. Ada senyum di balik bibir yang semakin keriput itu. 'Bagaspatra, Bagaspatra. Kau salah mendidik anak. Sehingga mereka harus saling bermusuhan,' desahnya pelan. Pertapa tua itu pun segera bersemadi.

            Sementara itu Sula terus berjalan mendesis-desis. Sesuai petunjuk Ki Sidarmaya, ia tidak berjalan seperti layaknya orang. Ia harus menembus semak belukar, bukit, jurang, ngarai, bahkan harus menyusuri aliran sungai. Tetapi, entah kekuatan apa yang merasuk tubuhnya, sehingga tantangan alam itu dapat dilewati dengan mudah. Kaki-kakinya terasa sangat ringan. Mungkin hasratnya yang ingin segera tiba di Ngliguk yang membuat kesulitan seberat apapun seperti tak dirasakannya lagi. Bayangan Suli bagaikan ada di depan matanya. Rasanya ia ingin segera membunuh adiknya itu.

            Ketika tengah malam, Sula tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Perlahan-lahan tubuhnya terasa gatal. Sekujjur tubuhnya menjadi gatal. Tangan-tangannya tidak mampu menggaruknya lagi. Untuk melawan rasa gatal itu, ia harus menggosok-gosokkan tubuhnya di tanah. Sehingga sekilas tampak seperti orang kesetanan. Dan pada saat itulah tubuh Sula perlahan menjadi seekor ular sawa. Ketika seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi ular, rasa gatal itu hilang.

            Sula tertegun melihat tubuhnya berubah menjadi seekor ular. Sejenak ia berpikir. Mengapa ia berubah menjadi ular? Pada saat itu tiba-tiba ia mendengar suara lantang mengiang di telinganya. 'Kau harus menaklukkan raja tikus. Jadi, kau harus punya senjata untuk mengalahkannya. Hanya ular sawa yang dapat mengalahkan raja tikus. Tiba-tiba terperanjat dan sadar bahwa tugasnya kali ini adalah menangkap raja tikus. Tugas ini harus berhasil. Sebab, ia tidak ingin melihat rakyat menderita. Sekalipun harus mengorbankan dirinya, tugas itu tetap dianggapnya sebagai kehormatan. Demi rakyat, apapun akan dilakukannya.

            Ular sawa penjelmaan Sula itu semakin mempercepat perjalanan. Kini lebih mudah menyusup di antara semak-semak. Desisan yang keluar dari mulutnya semakin keras menghembuskan hawa pembunuhan.

            Belum sampai fajar, si Ular sawa itu sudah sampai di padepokan Ngliguk. Berkat ketajaman penciumannya, Ular sawa segera dapat menemukan sarang raja tikus. Ternyata raja tikus juga sudah mengetahui kedatangan ular sawa. Karena itu begitu ular sawa sampai di mulut gua tempat raja tikus bersarang langsung disergap oleh ribuan tikus pasukan raja tikus. Pertempuran seru terjadi. Tetapi, ribuan tikus itu sepertinya bukan tandingan ular sawa. Dengan mendesis keras mulut ular sawa mengeluarkan bisa yang mematikan. Dan tikus-tikus kecil itu dalam sekejap sudah tak bernyawa lagi.

            Melihat pasukannya tidak berdaya, sang raja tikus keluar. Dengan sinis raja tikus  berkata, "Hebat! Kita memang ditakdirkan untuk bermusuhan. Sekalipun kau berubah menjadi ular, aku tidak akan pangling. Kak Sula, apa yang kau mau?"

            "Mestinya aku yang berkata padamu. Apa yang kau mau?"

            "Seperti yang kaulihat. Membuat rakyat Cemarabatu mati perlahan-lahan karena kelaparan," jawab raja tikus sinis.

            "Kau licik. Rakyat  yang tidak berdosa kau jadikan korban kekejamanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun