Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gagak yang Usil

22 Maret 2021   09:12 Diperbarui: 26 Maret 2021   22:15 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sepasang burung gagak. (sumber: pixabay.com/TheOtherKev)

"Terima kasih dok atas bantuanmu. Nah, sekarang aku segera pergi ke Pucangan. Jaga dirimu baik-baik," kata gagak sambil terus melesat terbaang meninggalkan kodok.

Bagi gagak, untuk sampai ke pedepokan Pucangan tidaklah sulit. Dan untuk mendapatkan bentuk tulisan serta tanda tangan Ki Sidarmaya juga tidak repot. Cepat-cepat ia menulis surat seperti yang dikatakan kodok. Setelah jadi, segera surat itu diberikan kadal. Kadal pun segera menyampaikan kepada ular sawa. 

Ular sawa tergolong murid padepokan Pucangan yang sangat taat. Oleh karena itu setelah membaca surat itu segera ia mengumpulkan anak cucunya. Sama sekali ia tidak tahu jika surat itu bukan dari gurunya. Karena baik tulisan maupun tanda tangannya persis tanda tangan gurunya. Jadi, ia percaya. Setelah semua berkumpul, segera ular sawa membagi-bagikan bisanya. Anak cucunya tidak mengerti maksud kakeknya. Tetapi mereka umumnya senang karena mendapat bisa yang ampuh.

Sejak saat itu ular sawa tidak lagi memiliki bisa yang ampuh. Ia tidak memiliki kesaktian lagi. Pada saat itu raja tikus datang dan memberitahu bahwa ia telah ditipu oleh gagak. Ia baru sadar kekeliruannya. Kemudian atas petunjuk Ki Sidarmaya, ular sawa disuruh bertapa. Mungkin setelah bertapa baru ia menemukan kesaktiannya lagi. Tetapi oleh Ki Sidarmaya dianjurkan untuk tidak saling dendam. Sawa pun menurut seperti yang dikatakan Ki Sidarmaya.

Sebenarnya, gagak bisa hidup bebas tanpa ancaman sawa. Tetapi, setelah tahu sawa kembali bertapa, maka gagak selalu gelisah. Ia selalu bermimpi dikejar-kejar sawa. 

Ke mana pergi, hatinya tidak tenang. Lalu, ia datang lagi kepada kodok sahabatnya. Atas nasihat kodok, gagak harus mengubah bulunya yang putih. Tujuannya, agar tidak dikenali lagi oleh si sawa.

"Mengubah buluku yang putih?" tanya gagak ragu.

"Benar. Sebab, itu jalan satu-satunya. Jika kamu masih mengenakan baju itu, semua anak cucu ular sawa pasti mengejarmu," kata kodok.

"Tetapi, ini baju kebanggaanku."

"Apa artinya kebanggaan, jika kamu tidak bisa tenang?"

"Lalu, aku harus mengubahnya menjadi apa?" tanya gagak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun