Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Kelinci dan Ibunya

7 Maret 2021   20:31 Diperbarui: 7 Maret 2021   22:21 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Ibu pulang saja dulu. Aku masih ingin menikmati keindahan pelangi itu."

            "Baiklah. Tetapi, segeralah pulang."

            Anak kelinci mengangguk mantap. Ibu segera pergi. Tidak lama setelahnya, seekor buaya keluar dari dalam sungai. Buaya itu mengendap-endap mendekati anak kelinci. Sebaliknya si anak kelinci sama sekali tidak menyadari adanya bahaya. Ia masih asyik menikmati keindahan pelangi. Buaya yang kelaparan semakin mendekatinya. Tetapi, ketika buaya hendak menangkap anak kelinci, harimau datang. Dengan auman keras, ia menghalangi buaya yang akan menangkap anak kelinci. Buaya pun terkejut dan marah. Tetapi ia tidak berani kepada harimau.

            "Tuan, terima kasih," anak kelinci berucap dengan bibir gemetar. Ia sebenarnya sangat takut kepada harimau. Selamat dari mulut buaya, jatuh ke mulut harimau. Apa artinya? Ujarnya dalam hati.

            "Sudahlah. Lain kali berhati-hati kalau sedang bermain. Jangan berada di tempat berbahaya. Hari sudah sore. Segeralah pulang! Sahut harimau sambil terus melangkah pergi. Anak kelinci pun lega rasanya. Ia heran, mengapa harimau yang biasanya buas, tiba-tiba sore itu tampak ramah dan bersahabat? Ia bergegas pulang. Di sepanjang perjalanan ia mengumpat pada dirinya sendiri. Mengapa diajak pulang ibu tidak mau? Untung ada harimau yang baik. Jika tidak, mungkin ia sudah jadi santapan buaya. Ia menyesal.

            Tiba di rumah, ia menceritakan peristiwa itu pada ibunya. Ibunya terkejut mendengar tutur kisah anaknya.

            "Nak, kamu sangat beruntung. Buaya itu sungguh buas. Ia juga rakus," tutur  ibu kelinci.

            "Tetapi harimau itu juga sangat buas. Ia juga kuat," kata anak kelinci pula.

            "Buaya dan harimau memang sama-sama buas. Tetapi ada bedanya. Sekalipun buas, harimau tidak mau sembarang terkam. Buktinya ia tidak menerkam kamu, bahkan melindungimu. Lain dengan buaya. Pokoknya bisa dimakan, pasti diterkamnya. Tidak peduli apakah itu halal atau haram. Bahkan ia suka makan barang yang sudah busuk," ujar ibu kelinci lagi.

            "Mengapa begitu, ya?" gumam anak kelinci.

            "Itu menandakan buaya sangat rakus, serakah. Nah, kelak kamu dewasa jangan punya sifat seperti itu. Sekarang tidurlah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun