"Ibu pulang saja dulu. Aku masih ingin menikmati keindahan pelangi itu."
      "Baiklah. Tetapi, segeralah pulang."
      Anak kelinci mengangguk mantap. Ibu segera pergi. Tidak lama setelahnya, seekor buaya keluar dari dalam sungai. Buaya itu mengendap-endap mendekati anak kelinci. Sebaliknya si anak kelinci sama sekali tidak menyadari adanya bahaya. Ia masih asyik menikmati keindahan pelangi. Buaya yang kelaparan semakin mendekatinya. Tetapi, ketika buaya hendak menangkap anak kelinci, harimau datang. Dengan auman keras, ia menghalangi buaya yang akan menangkap anak kelinci. Buaya pun terkejut dan marah. Tetapi ia tidak berani kepada harimau.
      "Tuan, terima kasih," anak kelinci berucap dengan bibir gemetar. Ia sebenarnya sangat takut kepada harimau. Selamat dari mulut buaya, jatuh ke mulut harimau. Apa artinya? Ujarnya dalam hati.
      "Sudahlah. Lain kali berhati-hati kalau sedang bermain. Jangan berada di tempat berbahaya. Hari sudah sore. Segeralah pulang! Sahut harimau sambil terus melangkah pergi. Anak kelinci pun lega rasanya. Ia heran, mengapa harimau yang biasanya buas, tiba-tiba sore itu tampak ramah dan bersahabat? Ia bergegas pulang. Di sepanjang perjalanan ia mengumpat pada dirinya sendiri. Mengapa diajak pulang ibu tidak mau? Untung ada harimau yang baik. Jika tidak, mungkin ia sudah jadi santapan buaya. Ia menyesal.
      Tiba di rumah, ia menceritakan peristiwa itu pada ibunya. Ibunya terkejut mendengar tutur kisah anaknya.
      "Nak, kamu sangat beruntung. Buaya itu sungguh buas. Ia juga rakus," tutur  ibu kelinci.
      "Tetapi harimau itu juga sangat buas. Ia juga kuat," kata anak kelinci pula.
      "Buaya dan harimau memang sama-sama buas. Tetapi ada bedanya. Sekalipun buas, harimau tidak mau sembarang terkam. Buktinya ia tidak menerkam kamu, bahkan melindungimu. Lain dengan buaya. Pokoknya bisa dimakan, pasti diterkamnya. Tidak peduli apakah itu halal atau haram. Bahkan ia suka makan barang yang sudah busuk," ujar ibu kelinci lagi.
      "Mengapa begitu, ya?" gumam anak kelinci.
      "Itu menandakan buaya sangat rakus, serakah. Nah, kelak kamu dewasa jangan punya sifat seperti itu. Sekarang tidurlah!"