Mohon tunggu...
SENO Sang Pemimpi
SENO Sang Pemimpi Mohon Tunggu... Guru - Pengelana

"Kamu bisa, aku bisa"\r\nKunjungi\r\n\r\nhiduplahhidupku24.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gembala

4 Februari 2011   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297489671142697812

[caption id="attachment_90262" align="alignright" width="400" caption="http://widfarhana.blogspot.com"][/caption] Kupercepat langkahku menuju kandang di dekat kebun jagung milik pamanku. Tak enak juga rasanya dimarahi sama bapak siang tadi. Gara-gara aku menolak untuk menggembala. Inilah nasibku, menjadi pemuda desa yang harus memikul tanggung jawab berat menyekolahkan adik-adikku. Tiap hari aku harus mengurus kambing-kambingku. Jumlahnya tak banyak, tapi aku sayang dengan peliharaanku itu. Rasanya tak tega bila melihat mereka di jual, tapi bagaimana lagi. Anggap saja itu kodrat mereka. Aku berangkat selepas solat dzuhur, tak sempat aku makan siang. Bapakku sudah menyuruhku sampai dia naik darah. Kasian juga kalo melihat beliau marah, tapi kadang membuat aku juga sebel. ** 'Huft. . .akhirnya nyampe juga' gumamku. Ku istirahat sebentar, sambil duduk di atas batu. Mataku tak bosan memandang warna hijau tanaman jagung milik pamanku. Sesekali angin sepoi-sepoi menerpa wajahku yang penuh keringat. Anganku melayang tak tau batas sopan-santun. Terpikir olehku kalau andai aku jadi Gayus, akan ku ajak artis-artis cantik menemaniku keliling Eropa. Aku tertawa sendiri, geli, dan terlalu ngarep. Untung saja tak ada orang yang lewat. Aku tersadar saat pekikan dua ekor elang jawa saling bersahutan. Suaranya yang sangat khas sering membuat kangen juga kalau lama tak mendengar suara mereka. Kambingku juga ikut berontak, sepertinya tak sabar untuk makan. Langsung saja aku buka kandang kambing yang sudah agak reot itu. Kambing itu langsung melompat keluar kandang satu persatu. Ku giring mereka ke tempat biasa aku gembala. Kambing-kambing itupun sepertinya sudah hafal jalan menuju tempat makan mereka. Sekitar 13 menit perjalanan menuju tanah lapang tempat gembala. Ku biarkan kambing-kambingku makan sendiri (masa di suapin), sementara itu aku bersandar di bawah pohon mahoni yang cukup besar. Sambil ku amati para kambing, kudengarkan suara pekikan dua ekor elang yang seakan juga ikut mengamati para kambingku. Aku terlelap entah berapa lama, karena suasana saat itu sangat damai, sepoi angin membelaiku untuk bangun dan mengantarkan kambingku untuk ke kandang. Gembala itu mengasyikan. ______PERTEMUAN________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun