Karl Heinrich Marx atau lebih popular dikenal dengan Karl Marx adalah filsuf yang memiliki posisi penting dalam deretan pemikir-pemikir filsafat modern. Sumbangan pemikirannya bagi kemanusiaan begitu kuat dan berpengaruh sejak abad ke-19 dan menginspirasi banyak gerakan sosial, gerakan buruh dan politik sepanjang abad ke-20, juga hingga saat ini.Â
Dengan tegas Franz Magnis-Suseno dalam Kata Pengantar salah satu karyanya menyebutkan, "tak dapat diragukan bahwa tanpa pemikiran Karl Marx, abad ke-20 akan berlangsung sangat berbeda."
Lahirnya komunisme sebagai perjuangan politik revolusioner dan kemudian sistem kekuasaan totaliter lewat Vladimir Lenin di Uni Sovyet (USSR), lalu cepat menyebar ke negara-negara Eropa Timur, Cina, Korea Utara, Vietnam, Indonesia (melalui Partai Komunis Indonesia), dan Kuba menunjukkan betapa pemikiran filsafat sosial (manusia) Marx laksana epidemi yang cepat menular.Â
Meskipun sejak bubarnya USSR yang terpecah menjadi 14 negara, bubarnya Pakta Warsawa, runtuhnya tembok Berlin, bahkan jauh sebelumnya diawali dengan kekalahan PKI di Indonesia yang menandai kemunduran sosialisme-komunisme, namun masih eksisnya Cina (yang mengalami kemajuan ekonomi secara luar biasa dan berpotensi menjadi negara adidaya di masa depan), Korea Utara, Vietnam, Kuba, menunjukkan bahwa pemikiran Marx masih berpengaruh dan tetap kuat hingga saat ini, meski 'daya ledaknya' tidak lagi sehebat awalnya .Â
Apa yang membuat Marx perlu diperhitungkan? Tulisan ini membahas pandangan humanis Marx, yang demikian berpengaruh dan menginspirasi itu. Persoalan yang dijadikan acuan pembahasan adalah, "Bagaimana pandangan Marx tentang manusia (ideal) dan masyarakat (ideal)? Dengan memahami persoalan ini kiranya dapat membantu memahami juga alasan mengapa pemikiran filsafat Marx begitu memengaruhi banyak gerakan sosial dan politik.
Kehidupan Keluarga dan Kondisi Awal
Marx lahir di Trier, Jerman 5 Mei 1818 dan meninggal di London 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun. Marx berasal dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama Herschel adalah keturunan rabbi (pendeta Yahudi).Â
Meski demikian ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia yaitu Protestan. Herschel bekerja sebagai notaris, sementara saudaranya Samuel, paman Karl Marx mengikuti jejak ayahnya menjadi rabbi kepala di Trier.Â
Ibunya Marx, Henrietta Phlips beragama Katolik taat. Keluarga Marx amat liberal dan rumah mereka sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.
Marx menikah dengan Jenny von Westphalen, seorang wanita "berdarah biru" keturunan aristokrat Jerman yang liberal. Mereka dikaruniai tujuah orang anak, namun empat diantaranya meninggal ketika masih kanak-kanak. Menurut Erick Fromm, Marx dan Jenny adalah pasangan yang penuh cinta dan saling menopang sedemikian sehingga Marx tidak dapat menjadi seperti apa dia adanya (seperti dikenal hingga saat ini) tanpa Jenny.Â
Salah seorang anak mereka, Eleanor Marx menceritakan batapa ia sering bermain kuda-kudaan dengan duduk di pundak ayahnya yang dipanggil Mohr, dan menyebut Marx sebagai, "excellent horse,....a unique, an unrivalled story-teller.