Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyepi dan Refleksi Kebangsaan Kita

21 Maret 2015   20:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14269440742055425480

"Keheningan adalah awal dari seluruh penciptaan semesta. Mula dari seluruh perjalanan kehidupan kemanusiaan kita. Garis awal perjuangan kebangsaan kita dari sejarah bergerilya .."


Perayaan Nyepi bagi para sahabat kita umat Hindu di Indonesia setiap tahunnya menarik perhatian banyak kalangan. Tak sebatas ketertarikan spiritualitas, banyak pihak yang ingin mencecap suasana Nyepi sebagai sebuah bagian dari program wisata mereka. Hal ini misalnya tampak bagi para turis asing yang mengambil momen liburan di saat Nyepi di Bali, pusat peradaban dan keagamaan Hindu Nusantara.

Saya pribadi tidak memahami bagaimana suasanya Nyepi menurut tradisi Hindu Nusantara. Meski demikian, membayangkan mereka merayakan dan menyambut tahun baru Saka, penanggalan khas mereka dalam keheningan, itu meneduhkan bayangan saya tentang praktik tersebut.

Merujuk pada kutipan di situs berita Tempo, Ketua Parisada Hindu Dharma Daerah Istimewa Yogyakarta Ida Bagus Agung menyebut bahwa perayaan ini adalah khas miliki umat Hindu di Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa saya di awal menyebut Hindu Nusantara. Sebab lazimnya perayaan ini di Indonesia, tidak terjadi di daratan India yang merupakan tanah mula Hinduisme berkembang dan menyebar ke berbagai belahan dunia.

Nyepi sendiri merupakan satu dari peringatan penting dalam tradisi umat Hindu di Indonesia. Dirayakan bersamaan dengan pergantian tahun Saka pada tiap tanggal 1 bulan Waisaka. Selama seharian di masa Nyepi, umat Hindu melakukan Samadhi yang dikenal dengan Amati Geni, sebuah laku pembersihan diri atas segala dosa sembari memohon kekuatan dari Sang Ilahi untuk memberi kekuatan bagi perjalanan ke masa depan.

Jadi dapat dipahami bahwa Nyepi menjadi bagian yang khas dalam ritual keagamaan Hindu Nusantara dalam menyambut pergantian tahun. Kemegahan tahun baru dalam keheningan. Bisakah anda membayangkannya? Saya kira akan sulit bagi kita yang terbiasa merayakan tahun baru dengan keramaian dan kemeriahaan perayaan. Disinilah mengapa saya selalu merasakan keunikan Nyepi sebagai sebuah laku spiritualitas yang menembus sekat-sekat ritual Hinduisme itu sendiri.

Nyepi semestinya dapat menjadi laku spiritualitas bagi setiap kita. Tentu saja dengan menyerap universalitas makna dan nilai yang tersembunyi dalam perayaan Nyepi itu sendiri. Momen Nyepi secara pribadi bagi tiap kita yang percaya pada Sang Ilahi, dapat menjadi momen untuk melakukan koreksi diri. Disini spirit dasar dari Nyepi bersua dengan spirit yang sama dalam laku tobat yang beravariasi dalam tiap tradisi agama yang ada. Spirit ini misalnya dapat bersua dengan laku puasa yang dijalani oleh umat Katolik seperti dalam masa Pra Paskah. Sebuah laku pembaharuan diri dari kesalahan, laku spiritualitas untuk semakin berbagi dan peduli.

Tentu saja dalam konteks spiritualitas, seluruh makna menjadi benang merah yang menyatukan kita dalam kemanusiaan yang satu. Nilai-nilai universalitas dalam tradisi Nyepi dapat menjadi momentum tak hanya bagi pribadi, tetapi juga bagi seluruh negeri. Momentum untuk melakukan koreksi diri atas praktik politik yang korup dan culas. Pembaharuan atas tendensi kekuasaan yang disekat oleh golongan dan menafikkan keragamaan. Saat untuk sejenak hening dan menarik kekuatan untuk melakukan perlawanan pada praktik-praktik lawas dan busuk di negeri ini.

Disinilah pada akhirnya akal sehat kita dihadirkan menemani praktik spiritualitas sebagaimana dilakukan para sahabat umat Hindu di Indonesia. Bagaimana kemudian dengan pengakuan kita sebagai bangsa akan Tuhan Yang Maha Esa di dalam Pancasila, namun di sisi lain kita membiarkan ketidakadilan terjadi. Bagaimana dengan praktik-praktik keagamaan dan pengagungan Tuhan yang masif, kita juga masih hidup dalam penyakit sistemik korupsi dan kekerasan.

Nyepi mengajak kita menemukan kembali arah perjalanan kita sebagai manusia maupun sebagai Indonesia. Sebagai pribadi maupun bangsa, sebagai manusia Indonesia. Kita diajak menemukan kembali ruang-ruang pertemuan karya. Menjalin benang merah kebangsaan dan juga nilai luhur kebudayaan untuk bersatu melawan nafsu menguasai dan menghisap hak-hak rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun