Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Terima Kasih Maskapai Merah

9 September 2018   18:03 Diperbarui: 9 September 2018   18:32 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa nikmat Ayam Betutu khas Gilimanuk itu belum lagi habis. Masih terasa di mulut. Saya berjalan menyusuri jalan bersama teman yang mengantar dengan motornya. Sedikit keringat karena berjalan membawa barang sambil berjalan dari parkiran motor. Waktu menunjukkan Pkl. 12.50 WIB saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai. 

Setalah proses pemeriksaan barang di awal gerbang masuk, saya coba check in online dan gagal. Mencoba beberapa kali saya akhirnya masuk ke antrian loket Maskapai Merah itu pada Pkl 13.00 WIB. 

Saya memilih yang paling sedikit orang. Ada sekitar 6 orang di depan saya pada loket 28 itu. Di loket sebelahnya ada sekitar 6 orang dengan banyak barang besar. Secara intutif saya memilih yang tidak banyak barang. 

Sayangnya pelayanan seorang bule di depan menurutku terlalu lama. Lima pemuda yang berada di depan juga menunjukkan sikap ketus. Sekitar 15 menit lebih pelayanan berjalan. Begitu masuk antrian berikut, rekan dari pemuda yang di depanku, ia menoleh ke belakang setelah pelayanan sedikit bermasalah. 

"Sistem error" ujarnya terdengar ke belakang. 

Mulai gelisah karena sudah 20 menit dari dan waktu tinggal 30 menit menurut jadwal keberangkatan. Antrian ke belakang semakin panjang. Pada seorang petugas disitu yang berbaju biru muda saya sampaikan antrian terlalu panjang dan saya pesawatnya sudah mendekati jadwal. Sementara antrian lama sekali bergerak sejak petugas loket lamban melayani antrian. 

Salah seorang di belakangku akhirnya memutuskan maju ke loket 27 yang disitu berdiri seorang petugas namun dengan tulisan CLOSED. Saya sampaikan permohonan seandainya loket itu buka, saya diperkenankan mengambil antrian di depan. Belum tulisan itu diangkat seseorang yang lain sudah check in disana. Entah sudah buka atau belum, saya maju kesana setelah dipersilahkan bapak yang tadi berdiri di belakang saya lalu beralih di depan pada antrian baru itu. 

Setelah beberapa saat dicek, petugas mengatakan bahwa saya tak bisa berangkat karena sudah boarding. Lalu saya jelaskan bahwa itu bukan kesalahan saya, melainkan layanan antrian yang lama. Seakan saya teringat pada kejadian yang sama beberapa tahun silam di Medan. 

Sayang petugas tak mau tahu. Setelah berdebat, saya minta solusi. Dia menganjurkan untuk reschedule penerbangan berikut. Tanpa pikir panjang saya lari mengikutti arahannya keluar dan mencoba menjelaskan situasi pada seorang petugas disana. 

Saya sebutkan bahwa saya sudah tiba di bandara dan melakukan check in online secara mandiri di anjungan yang tersedia namun gagal.  Setelah antri seklitar pukul 13.20 WIB saya meminta petugas untuk membantu dan pria itu mengarahkan menunggu antrian di sebelah loket saya yang baru dibuka. Namun akhirnya saya gagal terbang. Singkat, namun dengan berbagai alasan petugas layanan yang padanya saya komplain itu menyebut mereka sudah membuat pengumuman yang saya akui tidak saya dengar ada atau tidak. 

Ketika si petugas yang mendengar komplain saya itu bersikeras tak ada jalan lain karena sudah boarding, saya tanya tiket baru pada jam 10 malam. Nilainya katanya 90% dari harga tiket sekitar 1,6 juta. GILA! Pikir saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun