Haloo Viewers ini kali pertama aku untuk menulis artikel di Bloging Kompasiana, yang kebetulan sekali aku sudah lebih banyak menulis di akun blog aku lainnya.Â
Aku disini mengajak kalian unuk membaca sedikit colotehan aku mengenai seminar yang di adakan oleh Dinas Pariwisata Palembang. Kebetulan banget aku bersama beberapa teman blogger Palembang di undang di salah satu seminar yang mengusung tajuk "Membranding Museum Sultan Mahmmud Badarudin II (SMB II) Agar Diminati Kaum Milenial" dengan mengundang beberapa narasumber. (13/8/2019)
Menurut rundown yang diberikan kegiatan di mulai jam 08.00 WIB dengan beberapa point point yang sudah di tentukan meliputi : Penjabaran dari para narasumber, tanya jawab, dan diskusi antar peserta undangan. Namun realitanya yang aku temui sangat terburu buru hingga membuang buang waktu. Sayang bangetkan ya. Hari itu kegiatan baru di mulai jam 09.30 WIB dan aku sedikit mengeluhkan dengan service yang dilakukan panitia penerima tamu yang tidak terlalu memperhatikan peserta tamu undangan saat mengisi absensi.  Masuk ke perkenalan para narasumber yang di bantu salah satu moderator sambil memperkenalkan satu persatu para narasumber yang hadir pada saat itu.
Banyak Potensi yang di miliki Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Sebagai Pusat Kajian Peninggalan Sejarah dan Budaya Kota Palembang, Sebagai ikon wisata sejarah Palembang, Sebagai bentuk Pelestarian Bangunan Cagar Budaya dan Kawasannya. Menurut RM. Alwi narasumber pertama yang menjabarkan sejarah Museum Sultan Mahmmud Badarudin II dan berberapa potensi (SMB II), dengan sedikit guyonan renyah khas RM. Alwi untuk mencoba memecah suasana yang kebanyakan para peserta dari kalangan millenial.Â
Lalu,
Sangat banyak peninggalan Kolonial di kota Palembang seperti arsitektur, Filosofi, hingga kegunaannya yang banyak masih dimanfaatkan masyarakat hingga saat ini. Ujar Yudhy Syarofie, Tenaga Ahli Cagar Budaya Cagar Budaya Provinsi Sumatera Selatan.Â
kemudian,
Melalui branding ini, Museum SMB II dapat menjadi penarik kunjungan masyarakat untuk mengenal sejarah, kebudayaan, identitas, kearifan lokal, untuk studi, penelitian maupun rekreasi, dengan mengidentifikasi keunggulan. Papar Yudi Suhairi, Perancang Brand Identity.
Dan,Â
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah untuk merayakan kreativitas dan artistik yang luar biasa dengan mengumpulkan, mengawasi dan menafsirkan objek budaya dan seni dengan cara yang menambah pengetahuan, memperkaya semangat, melibatkan pikiran dan merangsang indera. Menurut Eka Sofyan Rizal, Perancang Brand Identity. Sebagai penutup pemaparan para narasuber.