Mohon tunggu...
Selvia Indrayani
Selvia Indrayani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Pengajar yang rindu belajar. Hanya gemar memasak suka-suka serta membukukan karya dalam berbagai antologi. Sesekali memberi edukasi perawatan diri terutama bagi wanita.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Segitiga: Antara Tuhan, Pekerjaan, dan Keluarga

8 Agustus 2021   05:45 Diperbarui: 8 Agustus 2021   05:56 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dokpri-olahan dari Canva)

Saat membaca atau mendengar istilah "Cinta Segitiga", seringkali pikiran langsung terbawa adanya pihak ketiga dalam hubungan percintaan. Sayangnya, cinta segitiga ternyata bisa hadir dalam tiap pribadi.

Tatkala seorang manusia dewasa menginjak dunia karier dan berkeluarga, di situlah mulai muncul cinta segitiga. Sadar atau tidak, Tuhan, pekerjaan, dan keluarga menjadi satu rangkaian dalam kisah manusia menjalani kehidupan. 

Sebagai manusia beriman, pasti meyakini adanya Tuhan sebagai pribadi yang Maha Kuasa dan dipuja. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia beriman berdoa kepada Tuhan untuk memohon ampunan serta tuntunan.

Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup, manusia dituntut bekerja. Melalui pekerjaan itulah pundi-pundi penghasilan dapat berdatangan. Bahkan tak jarang manusia terlupa untuk beristirahat demi mencukupi kebutuhan yang akhirnya beralih menjadi memenuhi keinginan. 

Jabatan dan kesempatan dalam dunia kerja menjadi idaman untuk dapat berada pada posisi "nyaman" dari segi ekonomi. Tak heran jika dalam dunia kerja juga dijumpai adanya ketidakjujuran dalam hal keuangan atau adanya persaingan antarkaryawan demi mendapatkan jabatan.

Saat seseorang menginjak masa dewasa, terlebih jika sudah berumahtangga, ada tuntutan dalam keluarganya. Ada orang tua, pasangan hidup, dan anak yang perlu diperhatikan. 

Hal yang paling sering terjadi adalah tuntutan pekerjaan membuat manusia bisa lupa untuk memperhatikan keluarganya. Saat karier seseorang mapan, justru di situ pula godaan untuk rumah tangga datang. 

Ada yang memberikan perhatian maksimal kepada pekerjaan demi sebuah loyalitas kerja, tetapi terlupa akan keluarga. Saat pasangan hidup mulai bertanya-tanya, dianggap terlalu ikut campur urusan kerja. Anak pun seringkali terlupa dari perhatian orang tua dan diserahkan kepada asisten rumah tangga.

Waktu antara Tuhan, pekerjaan, dan keluarga harus ada keseimbangan. Jika salah satu tidak mendapat perhatian, pasti akan ada efek dalam kehidupan.

Di masa pandemi ini, setiap orang ingin segera terbebas dari keterbatasan dan kesakitan. Berbagai bidang kehidupan terdampak dan menyebabkan manusia menjerit kepada Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun