Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat-surat Sakti RA Kartini

22 April 2016   10:57 Diperbarui: 22 April 2016   11:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raden Ajeng Kartini, hampir semua tahu siapa beliau, yang surat-suratnya dianggap sebagai kalimat sakti untuk kobarkan semangat emansipasi negeri kita.

Surat-surat yang beliau tujukan kepada para sahabatnya, yang salah satunya bernama Mr. JH Abendanon akhirnya dikumpulkan dan dibukukan dalam Bahasa Belanda dengan tajuk“Door Duisternis tot Licht, Gedachten van RA Kartini”.  lalu oleh Armijn Pane diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi  "Habis Gelap Terbitlah Terang" 

Meski di Indonesia sendiri memiliki pejuang-pejuang wanita yang sangat luar biasa seperti dari Aceh Cut Nyak Dhien, dari Nusa Utara Ibu Maria Chatarina Josephine Walanda-Maramis, Ibu Martha Christina Tiahahu, dari Jawa Barat ada Ibu Dewi Sartika, lalu generasi berikutnya Ibu SK. Trimurti dll, yang perjuangannya untuk negeri sudah tidak diragukan lagi

Namun Ibu Kartini lewat buah pikiran yang beliau goreskan pada lembar-lembar kertas bisa mewakili perjuangan sebagai wanita yang ingin mendobrak kungkungan adat terhadap kebebasan wanita. Kebebasan mendapat ilmu, kebebasan untuk setara dengan kaum laki tanpa menghilangakn kodrat sebagai wanita dan ibu dalam keluarga.

Dari begitu dahsyatnya sebuah kumpulan surat yang membuat gelora perjuangan kaum feminis untuk wanita membuat saya berpikir bahwa perjuangan tak hanya dengan mengangkat senjata, atau terjun ke medan perang.

Dengan buah pikiran yang kita goreskan pada lembar-lembar kertas pun sejatinya bisa mewakili perjuangan kita, entah untuk kaum wanita, untuk pemberontakan pada sebuah rezim, ataupun pada bidang sosial.

Bahwa sebuah tulisan mampu mendobrak sejarah buram dan menjadi gelora perjuangan sudah dibuktikan oleh seorang wanita Jawa, Raden Ajeng Kartini.

Tanpa mengesampingkan pengabdian dari para pejuang wanita Indonesia yang pernah ada, sudah layak kita pun turut mengingat dan menghayati surat-surat Kartini yang berisi kegelisahan dan juga rasa ketidak puasan terhadap aturan-aturan adat yang mengungkung keberadaan wanita pada masa itu. Yang kemudian menjadi tonggak sebuah perjuangan terhadap emansipasi wanita khususnya wanita Indonesia.

Salah satu kutipan surat RA Kartini buat Mr Abendanon (Agustus 1900) yang sangat saya suka

“Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun